Life Of Maharani (2)

Wachyudi
Chapter #26

The Minus one (three octavs and then blasting vibrato)

Jo' membawa kami berkunjung ke Glam Entertainment. Label musik dimana Blacklist International lahir. Jo' juga bekerja sebagai director, trainer, sekaligus produser disini. Glam Entertainment beralamat di Brussel dan merupakan sebuah label musik besar di Belgia. Glam entertainment banyak menghasilkan musisi-musisi besar yang berkiprah di dunia Internasional. Steve yang menjadi juri kompetisi yang kami ikuti juga alumni Glam Entertainment. Setidaknya nama besar house production musik ini sudah mendunia hingga masuk jajaran 100 rumah produksi musik terkenal versi majalah Billboard dan World Hits.

"Woow never dreaming Vero will be here, cool," ujar Vero sumringah.

"Haha wake up, you are here," jawab Jo' sambil menyapa beberapa karyawan Glam.

"Keren ya kak, Ivory enggak nyangka lho ... direkrut Pink Velvet, terus sekarang Ivory bisa ngunjungin Glam, mana mau project lagu sama BI, bener kata kak Vero kayak mimpi," ujar Ivory berbinar-binar.

"Hey yoo ... new chicks? fivesome huuh?" sapa seorang pria berkulit hitam pada Jo'. Ia sedikit memasang wajah curiga pada Jo'.

"Noo you bullet, they have project with BI," jawab Jo'.

Kami tersenyum menyapa,

"Hhmm never see before, they good?" tanya si negro memasang wajah ragu.

"Extraordinary, they will give you a blow ..." ucap Jo' agak ambigu.

"Haha ... blow my mind ... can't wait ... good luck you girls. Beware of him ... fuckin' playboy," ucapnya menyalami kami berlima.

"That's Harjigas, co producer, a genius especially as song writter, I always ask him to help me," ujar Jo' melengkapi perkenalan kami.

"Yeah he seems know you so well, 'fuckin'n playboy', 'will blow you' ..." aku menyindirnya.

Jo' menengok sambil tersenyum lebar.

Kami terus berjalan menyusuri lorong yang tampak luas.

Beberapa orang menyapa Jo', ya dia famous dan dihormati sih.

"Mr. Jo', you are really famous, actually what's your job?" tanya Vior entah lupa atau basa basi.

Seingatku aku pernah sekali menceritakan tentang Jonathan. Ya meski memang satu banding 20 kalau dibandingkan dengan cerita tentang para member BI. Atau mungkin Vior mau mendengar dari Jo' langsung.

"Oh hmm I, care taker ..." Jawab Jo' ngawur.

"Sorry?" Vero bertanya-tanya.

"Yepz, care to the people, take them to the top," jawab Jo' memperjelas.

Oh okelah kali ini konotasinya bagus.

"So you bring the artist reach their success?" tanya Vior lagi.

"Well cutty, not me who bring them to their goals, its their own effort, willing ... you see BI now as a big bang star, but don't you know that even Edith fainted many times, or Maria crying in raising her voice. You see only the mountain top, cutty" jawab Jo, agak menjijikan mendengarnya memanggil Vior dengan sebutan cutty.

Vior jadi terdiam, Jo' tidak tau sih kalo Vior paling anti digoda-godain. Sekalinya dipanggil aneh sama cowok, Vior enggak akan ngobrol lagi dengannya dalam jangka waktu lama.

Vero merangkul Vior, menyemangatinya biar tidak down dengan tingkah Jo'.

Kami sampai di depan sebuah lift dan ada dua orang wanita pirang sedang mengantri juga. Entah kesurupan apa, Jo' memang totally a jerk. Ia menepuk bokong si cewek membuatnya terkaget.

"Aawww ... Jo'!!! that's hurt" protes si cewek dengan mulut menganga.

Jo' tersenyum lebar lalu merangkul pinggang kedua cewek pirang itu.

"Come on, you miss me right? remember last time you sigh alot begging at me," ujarnya seakan tidak ada kami disitu.

Si cewek di kanan menepuk dada Jo' sambil merasa malu.

Angrea memasang wajah 'dasar brengsek' sambil bertolak pinggang.

"Iiih kak koq enggak sopan?!!!" bisik Ivory pada Vero.

"Ya ya ... profilenya emang gitu" jawab Vero.

Vior menunduk dalam rangkulannya Vero.

Pintu lift pun terbuka.

"Come on girls, I will show you my office," ujar si Jo'.

Lalu kamipun masuk semua kedalam lift termasuk kedua cewek bule tadi yang masih dirangkul Jo'.

---

"I have told you that we work on orbiting people here. And I want you to see a new comer and give me your oppinion about them," ucap Jo' mengajak kami ke sebuah kamar rekaman yang cukup luas.

Didalam ruang yang berdimensi 8 kaki x lebar 13 kaki x panjang 21 kaki, terbagi menjadi dua. Ada dua orang teknisi sound di mastering room tampak sedang mengatur atur alat-alatnya. Dan di live room ada tiga orang personel band yang sedang bersiap untuk memainkan lagu. Kedua teknisi sound menyapa Jo' lewat anggukan.

"Carry on, we just watch," ujar Jo'.

Kamipun memusatkan perhatian pada ketiga orang di ruangan. Jo' mengangguk menandakan mereka bisa mulai. Lalu musikpun terdengar langsung menggelegar, it's rock sound!

Meski musik yang dimainkan menggelegar tapi terdengar nikmat di telinga. Kualitas ruangan rekaman ini memang bagus, jelas menggunakan busa akustik berkualitas, perangkap bass, panel akustik serta tirai kedap suara juga ada. Ukuran ruangnya juga ideal dengan bentuk persegi panjang. Sepandangan mataku saja, tapi bentuk ini memang ideal untuk menyerap sekaligus mengarahkan suara pada titik yang tepat. Baiklah otakku, catat ini semua mungkin suatu saat kita membutuhkannya. Aku juga mengaktifkan aplikasi pendeteksi teknologi di iphoneku, tentunya tanpa sepengetahuan Jo'.

Kami bisa mendengar suara dari ruang live melalui speaker Atoms yang dipasang di sudut-sudut langit-langit ruangan mastering.

Suara si vokalis terdengar berpower sekali menyanyikan lagunya. Sepertinya ini single mereka sendiri karena belum pernah kudengar, asumsiku.

Lihat selengkapnya