Life Of Maharani (2)

Wachyudi
Chapter #28

Excercising, Matching, and Mating

Esoknya pukul delapan pagi kami sudah memulai meeting untuk menjabarkan WOWnya. Dari yang Jo' jelaskan dan katanya ia susun dalam satu malam, kira-kira deskripsi kerjanya akan seperti ini :

Di minggu pertama, kami akan melakukan exercise dengan pelatih vokal dan koreografi dari Glam entertainment. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan kami agar mampu memenuhi harapan yang diinginkan di single ini. Di minggu ini juga kami sambil melakukan sesi pemotretan untuk single ini. Yang mana kedua hal itu akan menyita 20 jam waktu kami. Untunglah Viral team dan RAGE Dev Team bekerja dengan sistem waktu fleksibel jadi aku bisa berkoordinasi dengan mereka disela waktu atau di sisa empat jam itu. Semoga Vior's Collection team juga begitu sehingga bisnis bisa berjalan lancar.

Di minggu kedua exercise dilanjutkan dengan para anggota BI yang tujuannya adalah match and mating. Wajar karena kami belum pernah berkolaborasi dengan BI. Sejujurnya kami bahkan belum pernah berkolaborasi dengan girlband manapun dalam sebuah kontrak kerjasama. Ini jadi semacam jump up yang terlampau berani. Tapi kata Jo' 'take it easy, destiny on my hand' ujarnya penuh percaya diri.

Dan minggu kedua ini sudah akan memulai pengambilan vidio musik secara bertahap, yang mana kami akan bolak balik tempat syuting dan kantor Glam.

Lanjut minggu ketiga, targetnya penyelesaian vidio musik sudah masuk ke tahap 80%. Dan kami sudah mulai melakukan rekaman lagu 'Breaking the Harlem'. Kata Maria dia enggak mau memulai take rekaman kalau masih ada satu orang dari kami yang belum mencapai target range vokal yang diinginkan. Okey my voice, bon courage! Vero benar-benar bersyukur ia sudah berhenti merokok, ya kan Ver kata Ella juga apa.

Di minggu keempat harusnya pekerjaan kami sudah berkurang sekitar 90%, karena sisanya urusan tim dari Glam untuk evaluation dan finishing. Paling kami hanya harus stand by saja bila dibutuhkan.

Benar-benar akan jadi bulan yang padat, ya aku sih oke-oke saja.

Dan tanpa menunggu besoknya. Satu jam setelah meeting berakhir kami sudah memulai sesi exercise dengan profesional vocal trainer dari Glam entertaintment.

Dan saat ini kami sudah sedang memulai latihan dengan seorang profesional trainer bernama Jabeena. Ia adalah ekspetariat dari Amerika, berkulit hitam dan berambut Afro. Jabeena adalah wanita berumur 43 tahun yang sudah melanglang buana menjadi guru vokal di berbagai tempat. Ia bahkan bilang pernah mengajar empat murid dari Indonesia. Ah andai bu Bethany masih bareng kami dia pasti suka bertemu dengan Jabeena. Jabeena orangnya asik, dan ini menurutku ya, kelebihan Jabeena adalah cara mengajarnya yang halus membuat kami tidak merasa sedang diajari.

"You know last time I see her is when we did a duet on centre choir, like a bamb ... we gone crazy change haleluyyah into jazzy ritme ..." ucapnya menceritakan tentang masa mudanya.

Meski terdengar seperti bergosip, kenyataannya dia sedang mengajari kami.

"But see this, I learned this from her ... you put your voice as lower as can, stay on 'C minor' make it like a whissper ... aaaaaaaaaahh .... smooth, ok together!" dia memberi aba-aba.

"Aaaaaaaaaaaaahh ..." kami menirukan apa yang ia lakukan.

"Good, one more but a bit longer," ucapnya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh ..." kami lagi dengan suara yang lembut seperti bisikan.

"Nice girls, I think you have the basic ... if you can pull on this part, we hope that you will be able to do up and down smoothly," ucapnya dengan pelafalan yang cukup cepat.

"Sorry? would you come again?" pinta Angrea yang memang paling lemah soal bahasa asing diantara kami.

Sebenarnya Angrea tidak selemah itu dalam keterampilan bahasa. Hanya saja ia cenderung mempelajari bahasa lewat lagu, dan jarang terlibat percakapan langsung. Kemungkinan besar juga faktor artikulasi yang berbeda.

"Owh eum ... I hope at the end of our session you all will be able to do like this ..." Jabeena mengatakannya dengan lebih lambat.

Hal yang mungkin agak sedikit berbeda dan baik aku maupun Vero sadari adalah culture yang berbeda antara native speaker dengan orang-orang di dalam negeri sendiri. Di Indonesia, umumnya reaksi seperti Angrea akan mendapat cemooh, atau minimal joke sindiran karena tidak lancar berbahasa asing. Meski di TJ High School jarang sekali hal itu terjadi. Padahal selama kami di Eropa, Angrea sendiri aman-aman saja dalam berkomunikasi dengan para penduduk lokal. Mereka cenderung memaklumi hal ini, kecuali nenek Adelle yang berpikir semua orang di dunia itu berbahasa Perancis.

"Hhhmmmmmmm ... aaaaaaaaaaaa ... aaaaaaaaaaa!! uuuuuuuuuu ... hhhmmmm ... aaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!" Jabeena memperagakan teknik naik turun vokal yang luar biasa.

Aku benar-benar terpukau dengan kemampuannya, memang harus seperti itu sebagai guru vokal profesional.

"Like that girl," Jabeena menatap Angrea.

Angrea tersenyum mengangguk.

"Do you wanna be like Maria? Just do this exercise 30 minutes four times a day, and see what a week can do to you," ujar Jabeena.

Kamipun langsung melatih teknik vokal tadi meski tadi sekilas Angrea memasang micro ekspresi 'enggak juga sih' yang dimaksudkan pada 'do you wanna be like Maria?'.

Jabeena bilang salah satu muridnya yang dari Indonesia adalah seorang genius musik. Meski saat awal si muridnya ini tidak begitu percaya diri. Maksud Jabeena menceritakan ini adalah untuk memotivasi kami semua. Ya tidak dipungkiri, seperti yang pernah terlintas dalam benakku. Saat ini kami sedang jump up, dari yang hanya girlband kecil yang baru sekali memperoleh penghargaan tingkat nasional. Lalu nekat mengikuti ajang sekelas EGC dan saat ini tengah bekerja sama dengan BI di label besar seperti Glam Entertainment. Terkadang aku berpikir, ternyata bisa ya, meski memang akulah yang berambisi awalnya.

"Well good, girls just try to reach this target, so make yourself comfort cause' you will spend this night with me," ucap Jabeena.

Dan sisa malam itu benar-benar kami habiskan untuk latihan vokal sampai jam satu malam.

---

"Untung tiap dua jam break, ada snacking melimpahnya juga. Vero pegel kabeh, mau pijet sih Rin," ujar Vero menatap Ivory.

"Dieh kakak ... Ivory injak-injak aja ya," jawab Ivory sambil mengangkat kakinya yang jenjang.

Lihat selengkapnya