Life Of Maharani (2)

Wachyudi
Chapter #36

Dream Come True

Daniella masih tidak percaya karena kini ia bisa duduk bersama para idolanya. Terasa jelas bahwa member Blacklist International memang born to be star. Hal yang paling ia syukuri adalah bahwa mungkin beberapa tahun lalu hal ini hanyalah sebuah mimpi belaka untuk bisa bertemu para idolanya dan bukan dalam sebuah kursi tribun konser saja. Saat ini hal itu jadi sebuah pencapaian yang akan terus ia syukuri seumur hidup, duduk dan bercanda tawa seakan tidak ada jarak diantara mereka. Dan tanpa sadar beberapa tetes air mata mengalir di pipinya yang kini agak merona.

"Hey are you ok?" tanya Edith yang duduk tepat disebelahnya.

"Owh I'am ok, fine actually, I feel like I'm the most happiest person in the world," jawab Daniella panjang.

"So why crying Mooi?" Miriam mendekat.

Semenjak pertemuan mereka, Miriam memang entah bagaimana menganggap Daniella sebagai 'little sister'nya. Mungkin karena ia adalah satu-satunya member Blacklist yang mempunyai darah Indonesia dan Daniella jelas-jelas mengatakan bahwa Mirriam adalah inspirasinya.

"I'm happy to be here with all of you around me, it was only a dream until now, thank you," Daniella masih berusaha mengusap air matanya.

"You only happy until Edith get drunk, trust me!" Maria yang biasanya lebih banyak diam saja sampai berusaha mencairkan suasana .

"Рожа просит кирпича!" balas Edith melirik tajam pada Maria.

Miriampun memeluk Daniella, menunjukan meski belum lama mereka bertemu tapi ia bisa merasakan perasaan peduli pada 'little sister' nya itu. Angreapun ikut dalam pelukan tersebut, berbagi hati dan perasaan yang sama.

Tidak lama Ivory, Vero, Vior, Sakura dan Jo' muncul membawa beberapa snack dan minuman.

"Hey what happen? looks like sorrow but so much happiness here ..." entah bagaimana Jo' sepertinya bisa merasakan atmosfir suasana di ruang itu meski ia baru saja kembali dari pantry.

Merekapun bersenang-senang malam itu, benar-benar hampir seperti mereka sudah berteman lama. Tak ada rasa asing diantara mereka hingga malam itu terasa begitu hangat.

Jarum jam menunjukan hampir pukul 12 malam. Semuanya bersiap menghitung mundur perayaan tahun baru Masehi. Jo' mengambil beberapa kembang api dan membagikannya untuk kemudian mereka nyalakan. Tepat ketika jarum jam menunjukan pukul 12 malem semuanya mengangkat kembang api tinggi-tinggi dan berteriak "happy mew year!!!". Dari bawah Castle, Pertunjukan kembang api yang dilakukan para buttler Wildblood di langit memeriahkan suasana malam itu, api-api keceriaan memecah keheningan pengunungan San Salvatore. Dan sekali lagi hari itu jadi hari yang paling Daniella syukuri dalam hidupnya.

---

Esoknya dua jam sebelum kepulangan Angrea, Vero, Vior, dan Ivory kami menyempatkan diri memenuhi undangan dari ikatan mahasiswa Indonesia di Belanda. Ya tentunya aku ikut meski nantinya akan kembali lagi ke Perancis untuk berkumpul dengan para Le Blanc'.

Undangan ini kami penuhi selain sebagai solidaritas sebangsa, juga sebagai bentuk rasa terima kasih atas dukungan dari ikatan mahasiswa Indonesia selama Pink Velvet berkompetisi di Eropa. Kamipun sudah tengah mengisi acara di sekretariat Perhimpunan Pelajar Indonesia di Leiden.

"Temen-temen semua, Ella mewakili Pink Velvet mau berterima kasih sebesar-besarnya atas dukungan temen-temen. Selama kami disini, support, bantuan dan dukungan dari kalian selalu jadi semangat kami untuk terus berkarya. Hidup Indonesia!" ujarku menghidupkan semangat kebangsaan yang disambut sorak sorai semangat para hadirin.

"By the way, ada yang orang Minang disini?" tanyaku melempar pandangan kepada semua orang di depan.

"Ini kak, si Solehudin sama Nuraini," seorang pelajar menunjuk kedua temannya.

"Yoo masya Allah ... baa kaba Uda, Uni ..? lai sanang disiko?" tanyaku.

Keduanya agak terkejut mendengarku berbahasa Minangkabau.

Lihat selengkapnya