Life Of Maharani (2)

Wachyudi
Chapter #38

Faith that protect female

"Assalamu'alaikum"

Sebuah suara terdengar dari luar.

Aku bergegas menuju pintu depan, perlu kujawab tidak ya salamnya? tapi jawab pakai yang mana?

"Eh ada pak Ustadz, masuk pak masuk," kupersilahkan ia untuk masuk ke dalam kantor baru Hyper label.

"Iya baik makasih mba Vero. Disini aja adem," jawabnya.

Ia adalah Ustadz Ikhsan aku mengenalnya atas rekomendasi dari Vior. Ia sedang menerima job dari Daniella untuk membuat web online, blog, akun medsos, termasuk membuat sistem anti retas untuk keperluan online Hyper label pun memasang sistem komputer nirkabel di kantor ini. Digado-gadoin aja kerjaannya, karena memang borongan.

"Sebentar ya pak Ustadz duduk aja dulu. Maaf ini berantakan," ujarku agak merasa tidak enak kantornya belum siap menerima tamu.

"Santai aja, saya buka laptop aja dulu, mending langsung ngerjain sesuatu," ujarnya.

Akupun beranjak ke pantry.

"Riiiiin bikinin minum donk buat pawstadz," pintaku pada Ivory.

"Owh ok kak, teh manis anget?" tanyanya.

"Ya enggak mungkin kan nyuguhin Gin," jawabku dengan nada bercanda.

"Mulai deh kooky," ucap Ivory menaikan pandangan dan menggoyangkan kepalanya.

Akupun bergegas kembali menemani pak Ustadz biar sopan sambil membawa peralatan yang dibutuhkan termasuk laptop utama kantor Hyper label.

"Pengerjaannya butuh berapa lama pak Ustadz?" tanyaku basa-basi.

"Estimasi sih dua hari lagi, paling lambat lusa sore lah. Saya paginya ngajar dulu sih sampai siang," jawabnya.

"Siapa yang dihajar pak ustadz?" kucoba bercanda, penasaran dia nyambung tidak.

"Haha mengajar mba Vero, mengajar IT di sekolah," jawabnya ternyata mengerti.

Ivorypun tiba membawa suguhan berupa teh manis anget, roti custard, dan roti bagelen keju kiriman Angrea dari Bandung.

"Makasih Rin, silahkan lanjutin kerjaannya, Vero lagi sibuk," ucapku tersenyum bercanda pada Ivory.

Ia beranjak sambil menjulurkan lidah sebal padaku.

"Mangga pak Ustadz dinikmatin, ada roti juga nih. Makan roti tahu biar pintar bahasa Inggris haha," kucoba bercanda lagi ah.

"Hmm kayaknya enggak bakal bisa lancar bahasa Inggris deh," ujar pak ustadz berwajah serius.

"Eh kenapa emangnya?" ucapku, waduuuu aku salah ngomong tah?

"Soalnya kita masih makan nasi lengko, serabi, sama martabak gitu, jadi luntur lagi luntur lagi," jawabnya bercanda sambil mengetik-ngetik laptopnya namun tetap bisa tersenyum kecil memandangku.

"Hahahahaa ... pak ustadz lucu ya," aku beneran tertawa, enggak nyangka dia bisa ngejoke.

"Tapi yang ini enggak lucu nih rotinya?" ia mengangkat satu roti bagelennya.

"Haaah maksudnya?" tanyaku, ini pasti joke lagi nih.

"Soalnya roti garing, jadi enggak lucu," ujarnya hampir tertawa sendiri.

"Hahahaha sumpah pak ustadz lucu ... Vero suka jokenya," aku terbahak-bahak.

"Aku yang ngejoke, mba Vero sukanya sama jokenya," ia kembali bercanda.

"Haha ya ampun hattrick banget sih pak ustadz," aku tertawa sampai tidak sadar tanganku menarik-narik baju di bahunya.

"Eh maaf iya enggak boleh ya ... apa tuh? bukan muhrim," kutarik tanganku segera.

"Ya enggak sengaja, ini saya minum ya tehnya," ia mengambil cangkir tehnya.

"Iya, jangan diliatin aja nanti suka dianya," aku yang masih dalam vibe nyantai.

Ia agak tertawa sambil menyeruput tehnya hampir nyembur.

---

Lihat selengkapnya