Sebenarnya aku masih saja belum terbiasa dengan cara berkunjung ini. Agak gimana ya, unusual, tapi aku sudah memakluminya. Toh kalau sudah di dalam aku bisa biasa lagi.
Kugandeng tangan Ourson bergaya mesra seperti mengandeng bos dan aku pelacurnya. Hal yang ya diperlukan untuk mengecoh orang selain keluargaku ketika aku berkunjung. Menyamar jadi pelacurnya Ourson adalah cara yang efektif. Kami harus waspada pada orang-orang yang mungkin membahayakan untukku. Regi amat ketat soal ini, hingga merahasiakan keberadaanku. Benar-benar hanya keluarga inti yang tahu soal hubunganku dengan Le Blanc' disini.
"Wow, elle est Belle patronne," ujar seorang bodyguard yang berjaga di pintu depan sambil bersiul menggoda.
"Je te couperai la langue plus tard" jawab Ourson melemparkan teguran lewat ancaman seraya memandang si bodyguard dengan kesal.
Kucium pipi kanan Ourson agar penyamaran kami terlihat sempurna. Hampir saja ia lepas kendali dan membongkar akting bohongan ini. Ya aku paham ia kesal aku digoda seperti itu. Ourson itu gentleman sebenarnya, apalagi bila menyangkut aku, Marvellina dan Francois.
"Désolé patron" ujar si bodyguard menunduk meminta maaf.
Kamipun masuk ke dalam pintu besar dari rumah tiga lantai itu.
Ses mains peuvent maintenant se détacher," ujar Ourson memintaku melepaskan gandengan tangan kami.
"Pourquoi? Laissons-lekan" jawabku tersenyum lebar padanya.
""Alors, apa yang tadi? Kenapa harus mencium pipiku segala?"
"Alors, qu'est-ce que c'était? Pourquoi avoir dû m'embrasser sur la joue? ujar Ourson, sepertinya risih haha.
"Menyempurnakan akting donk, dan lagi ucapan terima kasih selalu membantuku selama disini, tunggu! jangan bilang kamu suka, ya kaaan? mengakulah," ucapku mengodanya.
"Oh mon Dieu, fille" ujar Ourson mengusap dahinya.
Aku tertawa melihat reaksinya.
"Bienvenue à la maison, ma Belle!!" ucap Regi penuh suka cita.
"Kangen banget Papa," ucapku sambil berlari menghampirinya lalu masuk dalam pelukannya.
"Ma Princesse ...." dari arah ruang tengah Francoise terburu-buru menghampiri kami. Ia juga pasti rindu padaku.
Iapun memeluku erat, oh aku sayang keluargaku ini.
"I kissed Ourson right on his face ..." ujarku pada Francoise.
"Euuuhhh kamu harus membasuh bibirmu Belle," ujar Francoise bercanda tentu saja.
"Euuh Fille ... Je veux de la bière, tu n'as pas encore apporté de rendang, Belle" tanya Ourson menagih rendangnya, para Emillio's itu penyuka berat rendang buatanku, khususnya Ourson.
"Desole, Je n'ai pas encore eu le temps d'en faire," jawabku meminta maaf tidak bisa membawakannya rendang buatanku.
"Okey, C'est une dette, d'accord ..." ujar Ourson lalu beranjak ke arah ruang tengah.
"Okeey ma Jaguar," jawabku, kucatat di ingatanku aku hutang bikinin Ourson rendang.
"Nous allons fêter ta remise de diplôme, Madame la diplômée, euh je n'ai pas pu m'empêcher de te le dire," ujar Francois berbisik, membocorkan soal perayaan kecil-kecilan untuk kelulusanku.
Kami berjalan menuju ruang tengah untuk bergabung dengan yang lainnya.
"Ah, tu as gâché la surprise, Françoise haha, je ne sais plus comment je devrai réagir plus tard," ujarku mengatakan bahwa ia sudah merusak kejutannya, membuatku bingung kalau harus buat itu semua.
Kamipun tertawa bersama.
---
"Well selamat sayang atas kelulusanmu. Papa sih maunya kasih hadiah apa gitu tapi seseorang menasehatiku bahwa yang seorang anak butuhkan dari ayahnya mungkin hanyalah perhatian," ucap Regi.
"Eum hmm ...betul Papa, tapi untuk hadiah kelulusanku aku mau Villa di Bali sih kayak Marvellina," ujarku.
"Hahahahaa kamu memang Daniellaku, okey as you wish ma Belle," jawabnya.
"Dan eum ... sebuah perhatian kecil tapi untuk nanti bolehkah?" tanyaku teringat sesuatu.