Beberapa bulan sebelum pertemuan dengan Adrian
Satu persatu peserta audisi dari kelas 10 tampil, namun belum ada yang membuat keempat member Velvet terkesan.
"Yang tadi gimana Kak?" tanya Vior pada Daniella, Angrea, dan Veronica.
"Suaranya sih bagus, cuma ya ... cuma bagus la tuuu, indak ado yang spesial." Angrea memberikan pendapatnya.
"Ciieee Mamah Rea jawara high tunenya kita-kita." Vero menggoda Angrea.
"Beuh ... beneran." Angrea pasang wajah malas menanggapi Vero.
"Yaudah coba panggil lagi, masih 20 orang lagi kan?" ujar Daniella seraya mengecek tumpukan formulir pendaftaran eskul.
"Ini bu Lulu ngasih tumpukan sampai 57 lembar, memang sebanyak itu ya Kak yang daftar?" Vior menatap heran pada tumpukan formulir audisi di genggaman Daniella.
"Wajar sih, Pink Velvet tambah dikenal koq berkat lagu baru, bahkan sekarang tiap bulan kita paling enggak dapet empat kali tawaran jadi girlband tamu." Vero menanggapi pertanyaan Vior.
Audisi pun terus berlanjut hingga 10 peserta lainnya, namun mereka masih belum menemukan peserta yang membuat mereka tertarik.
"Break dulu 15 menit deh, mau jus." ujar Daniella lalu beranjak keluar ruangan.
Dalam benaknya Daniella berpikir koq bisa di sekolah bergensi seperti ini sulit menemukan bakat seni. Namun sebenarnya hal yang wajar karena TJ High School pada dasarnya adalah SMA yang berkiblat pada sains dan teknologi. Meski tempat dimana Daniella bersekolah hanya cabangnya, namun tetap saja mayoritas murid di sekolah ini lebih diarahkan pada bidang tersebut meski pihak sekolah tetap mengakomodasi hal-hal berbau seni.
Daniella terlebih dulu berbelok mampir ke kamar kecil yang memang letaknya tidak jauh dari kantin. Ia lalu membasuh wajahnya dan melanjutkan untuk merapihkan rambutnya.
Saat ia hendak beranjak keluar toilet, sayup-sayup terdengar suara dari salah satu bilik toilet yang pintunya tertutup.
🎼 And every time I try to fly I fall without my wings.
I feel so small
I guess I need you baby .... 🎶🎶
Lagu Everytime dari Britney, terdengar suara wanita menyanyikan lagu tersebut. Suaranya terdengar lembut namun terasa kuat, ada sedikit rasa malu seakan tidak ingin terdengar oleh orang lain dalam iramanya. Namun Daniella bisa merasakan bahwa suara tersebut menciptakan suasana yang membuatnya seakan berhalusinasi.
'Ini gak mungkin ulah mahluk halus kan?' pikir Daniella dalam hati. Iapun mendekat dan berdiri di depan bilik tersebut, memejamkan matanya sambil menikmati lagu yang dinyanyikan oleh suara dibalik bilik tersebut hingga selesai.
Tidak berapa lama, pintu bilik pun dibuka. Kemudian, sesosok gadis bergaya berambut high ponytail dengan poni ala Harajuku keluar dari bilik dengan amat terkejut menatapnya.
Daniella tersenyum menatap gadis itu, keduanya terdiam sejenak. Dari raut wajahnya, si gadis tampak syok, dan tidak berapa lama akhirnya ia berteriak histeris.
"Aaaaaaaaaa ...!!!"
-----
"Jadi kamu siapa namanya?" tanya Daniella setelah menyedot jus berry-mix nya.
"Ivory Kak ...! Ivory Renata Rin Hasegawa, kelas 10 excellent B!" jawab si gadis mungil itu dengan cukup lantang namun tidak berisik.
"Hasegawa? Jepang kamu ...? Ok sayang gini, I love your voice, really." ujar Daniella dengan tatapan penuh antusias.
"Okey ... thanks Kak, jadi?" Ivory masih kebingungan.
"Mau enggak gabung Velvet?" ajak Daniella tanpa basa basi.
Ivory diam sejenak, menyedot jus jeruknya lalu memandang wajah Daniella.
"Pink Velvet, aku? emang pantas ya Kak?" ujarnya masih dengan perasaan terkejut seakan tidak percaya.
Tanpa Daniella tahu, sebenarnya Ivory memang menyukai Pink Velvet. Ia bahkan bekerja keras untuk bisa masuk ke TJ High School yang salah satu alasannya demi bisa melihat sesi latihan dan penampilan Pink Velvet.
"Why not?! Ta voix es belle dear." Daniella berbahasa Perancis secara tidak sadar.
"Hmm ... apa tuh kak?" Ivory bertanya dengan polos.
"Suara kamu indah, serius, Velvet bakal lengkap kalau ada kamu." ucap Daniella yang memang selalu to the point akan hal-hal yang ia inginkan.
"Emm seneng sih, hampir enggak percaya ... diajak gabung ke Pink Velvet, kalian tuh udah terkenal loh. Cuma enggak PD aja, aku enggak pernah ngeband, nyanyi cuma buat seneng-seneng sendiri. Satu-satunya nyanyi di depan orang banyak cuma di gereja aja." panjang lebar Ivory mencurahkan keraguan di hatinya.
"No problem, je fais confiance à mon intuition, aku rasa kamu yang pantas untuk melengkapi Velvet." sekali lagi Daniella menegaskan maksudnya.