Life of Maharani

Wachyudi
Chapter #12

Conversation at Vior's collection

"Hallo, Adrian lagi sibuk enggak?" ucap suara lembut itu di telepon.

"Owh enggak koq, punya kesibukan apa aku? emangnya kamu Niel haha," jawabku.

"Huuuw ngejek," ujarnya.

Ngejek dari mananya? justru aku lagi mencemooh diriku yang banyak nganggurnya dibanding dirinya yang amat produktif.

"Malam ini kosong enggak, temenin ke butiknya Vior yuk. Erik lagi izin ke kampung, sepi aja kalo sendiri," ujarnya.

"Hmm ini kamu enggak minta aku nyetir kan Niel? aku enggak bisa bawa mobil," ujarku, wajar kan, kecuali mau disupiri ke alam baka.

"Owh enggak, aku yang nyetir, sekedar nemenin aja," jawabnya.

"Owh okey boleh, aku harus kemana dulu atau kamu jemput?" tanyaku biar tidak salah persepsi.

"Tunggu di rumah aja, sekalian silaturahmi sama mamah kamu," ujarnya.

"Owh okey," jawabku.

Wah Daniella mau say hi sama ibuku, ini bakalan ibuku kelewat senang. Untung kakakku enggak lagi di rumah, entah pergi kemana sama temennya. Aku enggak risih sih, hanya kadang malu sendiri sama tingkah mereka. Mereka menganggap Daniella wow, hmm ... tapi ya setelah dipikir ulang, memang pantas sih pacarku itu untuk dibanggakan.

---

Dan setelah menunggu sekitar 50 menit iapun tiba. Lucunya kakakku seperti mendapat isyarat, tiba-tiba saja ia sudah pulang. 'wah Daniella mau kesini, tadi tuh harusnya bilang jadi bisa beli martabak dulu' ujarnya kala kuberitahu kalau Daniella akan berkunjung. Padahal cuma menjemputku lagipula, dan tahu enggak sih Daniella enggak makan jajanan semacam martabak.

Dari teras depan rumahku ini bisa kulihat lampu mobilnya yang menyala terang sekali. Serius, dia modifikasi kali mobilnya biar cahayanya kayak lampu sorot proyek. Dan setelah beberapa menit sosoknya terlihat. Dan wow ia amat anggun mengenakan high wairst dress berwarna putih.

Penampilannya sebenarnya simple, dress terusan selutut lengan panjang berwarna putih dengan ornamen sulaman dan bordiran yang terlihat mewah. Ia juga mengenakan sling bag, wedges berwarna gading, lengkap dengan jam tangan emas, entah emas asli atau bukan. Tapi, apa mungkin karena itu adalah Daniella, sosoknya tampak anggun dan menawan.

"Cantik banget kamu Niel," ucapku latah ketika ia sudah berdiri di hadapanku.

"Makasih, so sweet," jawabnya tersipu sambil tersenyum manis.

"Ini aku cuma pake sweater sama celana 3/4 army, koq ngerasa kebanting ya?" ujarku apa adanya.

"Eum ya enggak apa-apa koq, cuma mau ketemu Vior aja, ada perlu," ujarnya.

"Eh tuh kan, ya Allah Daniella kamu cantik banget," rupanya kakakku mendengar kami berbicara di teras, atau ya itu sih eto-etonya dia saja.

"Teteh apa kabar? ibu juga gimana sehat kan?" Daniella menjawab ramah sambil cipika-cipiki dengan kakak.

"Ini gimana sih Rian, ajak masuk dong Daniellanya, masa diluar aja ... kan dingin," ucap kakakku berbasa-basi.

"Eumm Teteh maaf, kalo Ella sama Adriannya langsung gimana? mau ada perlu." Daniella langsung to the poin, memang tipenya.

"Owh yaudah atuh, ibu lagi tidur, mau ketemu dulu? nanti Teteh bangunin," ujar kakakku, dia benar-benar serius akan membangunkan ibu jika Daniella mengiyakan.

"Owh jangan teh, kasihan kan capek, titip salam aja. Ini Adriannya dipinjem dulu ya Teh," ujar Daniella.

Aku seperti sudah terasing dari obrolan mereka berdua saja.

"Owh bawa aja, seminggu lagi baru balikin juga enggak apa-apa kalo sama kamu sih ... seneng dianya," jawab kakakku.

"Haha iya ya Teh ... pulang-pulang langsung pinter matematika nanti," jawab Daniella agak bercanda.

Atau dia memang serius ya??

Owh yeah, nona teladan bangsa pasti bakal memberiku kursus menghadapi ujian nasional kalo seminggu full sama dia. Lalu setelah berbagai basa-basi tersebut, kami berduapun lantas beranjak dari rumahku menuju tempatnya Vior.

---

Kami sampai di sebuah ... apa ya, butik yang cukup mewah. Kata Daniella sih ini cabang pertama Vior's colection sekaligus kantornya si Vior. Butik ini adalah bangunan dua lantai yang serba kaca. Bagian depannya adalah sebuah display yang berupa tembok kaca setebal 16mm. Pencahayaannya terasa mewah dengan sebuah lampu hias besar ditengah ruangan.

Saat pertama masuk pintunya akan terbuka otomatis lalu kami disambut pelayan toko yang berpakaian rapih dan amat ramah. Di ruang tengah terpajang pakaian-pakaian yang tampaknya mewah dan mahal ya. Ada aksesoris juga yang juga berkesan mewah dan artistik. Beberapa tamu toko yang datangpun terlihat borjuis dan elegan. Aku jadi paham kenapa Daniella all out sekali malam ini. Ah jadi insecure sama penampilan sendiri yang kelewat sederhana.

"Kakak, cantik banget, maaf Vior ngerepotin Kakak," ujar Vior.

Lihat selengkapnya