Life of Maharani

Wachyudi
Chapter #24

Bad, bad, bad Veronica and the friendship

Rokokku tinggal sebatang, haaaah malas rasanya kalo harus beli lagi ke warung. Lagipula aku tidak bisa keluar begitu saja, bisa ditanya-tanya security. Ku nyalakan korekku dan kudekatkan rokokku, kuhisap sepuasnya lalu kuhembuskan asap membentuk lingkaran.

"Kamu ngerokok lagi?!" sebuah suara dari belakang mengagetkanku.

Kulihat ke arah sumber suara dan lalu membeku. Jantungku berdegub kencang, nafasku jadi tidak karuan, ya Tuhan aku belum siap. Daniella menatap ke arahku, tatapannya tajam dan dalam. Habis sudah aku, pasti Adrian sudah menemuinya, Daniella pasti akan membunuhku for sure.

"Vero!! jawab!!" ujarnya.

"Aaaah iya ... maaf," jawabku seraya dengan latah meremas rokok yang masih menyala, hanya panasnya yang menyadarkanku kalau tanganku terbakar.

Sekujur tubuhku bergetar hebat, aku tahu Daniella pasti marah besar soal ini. Dia, dan segala kuasanya pasti akan menghancurkanku berkeping-keping.

"Maaf ... maaf ... maaf ... sungguh maaf Ella," kututupi kedua telingaku, menutup mata, menunduk menunggu nasib.

Hening sebentar.

"Kenapa? bicara Vero!! aku mau dengar alasanmu," suaranya menyadarkanku dari anxienty yang kini menguasai tubuhku.

Aku lalu menengadah menatapnya yang kini sudah berdiri di hadapanku. Bisa kulihat riasannya agak luntur karena air mata ... ia habis menangis juga.

"Kenapa aku cerita ke Adrian?" tanyaku.

"Eum hmmm!" ia mengangguk tegas.

"Maaf Ella, aku kalut, pikiranku sedang penuh masalah dan Adrian, kami tidak sengaja bertemu, ia terus mengekor ... aku hanya sedang ingin sendiri ... lalu sisanya tidak bisa ku kontrol," jawabku mencoba merangkai kalimat dengan baik.

"Masalah? masalah apa sampai perlu mengkhianatiku!!" ia masih tampak marah.

"Papihku ... dia kembali ... dia hendak menjualku lagi ... maaf, kuakui aku salah Ella ..." air mataku mulai menetes, benar-benar sekarang aku tidak bisa mengendalikan emosiku.

Daniella terdiam.

"Maaf Ella maaf ... sungguh ... kalau bisa aku putar lagi, aku tidak akan mengatakannya ..." tangisku semakin menjadi-jadi, aku pasrah jika memang saat ini Daniella membenciku, aku memang pantas menerimanya.

Kalaupun kini ia meninggalkanku tak apa, hidupku dari dulu memang sudah hancur.

Aku sudah terduduk menatap lantai basemen atap gedung Velvet ini. Angin berhembus begitu dingin tengah malam ini. Aku mungkin memang sudah tidak pantas diselamatkan ... bad bad bad Veronica ... I'am the broken flower.

Namun apa ini, hangat sekali ....

Ini sebuah pelukan ....

Daniella memelukku ....

"Maaf aku enggak tahu kamu lagi kalut ... Vero jangan sedih lagi, ada Ella disini," ujarnya.

Aku terdiam ... jiwaku seakan tertampar keras ....

Aku menangis sejadi-jadinya sambil memeluk Daniella erat-erat ...

"Huuuuuhhuuu maaf Ella ... Vero salah ..." ujarku sesegukan.

"Ella ngerti situasinya, ya tapi tetap aku di ujung tanduk," ia berkata dengan serius.

"Maaf Ella sungguh ..." sepertinya tidak akan cukup seumur hidup aku meminta maaf padanya.

Kedua tangannya meraih wajahku, lalu menatapku lekat lekat.

"Hey! aku sudah memaafkanmu Ver, Ella ngerti situasinya," ujarnya mantap.

Dewi kah ia? padahal aku sudah mengkhianatinya, melanggar janjiku padanya tapi ia masih mau memaafkanku, masih mau menganggapku sahabatnya.

"Terus gimana?" aku coba menghapus air mataku meski masih sesegukan.

"Mulai hari ini Vero makin turun level jadi budak rendahannya Ella." Aku yang agak membaik sudah mulai bisa bercanda.

"Kita urus dulu bapak brengsekmu, besok, bukan, tapi hari ini sepulang sekolah aku akan minta Bang Djuriat mengurusnya. Kamu oke kan?" ujarnya, ada nada yang terasa mengerikan dari kalimatnya.

"Eumm ...." aku mengangguk.

Angin tengah malam di basement gedung Velvet ini berhembus halus menutup pembicaraan kami.

Dan dalam waktu dua minggu saja kedua orang tuaku menjalani sidang perceraian. Pria brengsek itu lantas berakhir di jeruji penjara.

---

Range Rover hitam itu diparkir di halaman SMAN 28 Cirebon. Lalu dua orang gadis keluar dari dalamnya. Gadis berambut curtain bob mengenakan setelan Pinafore dress marron kotak-kotak yang dipadukan dengan kaus lengan panjang berwarna hitam lengkap dengan sepatu hitam. Satu laginya mengenakan blouse putih dan jogger sport hitam bergaris samping dan sepatu kets putih. Keduanya mengenakan masker dan sama-sama menenteng strap bag dengan model yang berbeda. Berbagai aksesoris tampak melengkapi penampilan mereka yang trendy.

"Permisi om, mau ketemu sama Adrian, ini sudah jam pulang kan?" ujar Veronica.

"Kalian dari mana ya?" tanya seorang guru piket.

"Saya kakaknya, Niar, ada perlu sebentar." Daniella berkata pada si guru piket.

Lihat selengkapnya