Hari ini embun pagi berbahagia, dedaunan pun ikut berbahagia, semesta tengah berbahagia. Namun diantara semua itu akulah yang paling berbahagia. Karena hari ini sahabat baikku, Angrea Mahalini akan bersanding di pelaminan dengan pria yang amat dicintainya.
Kuketuk pintu kamar mempelai wanita yang kala itu sedang didandani.
"Permisi, boleh masuk?" ujarku sekedar formalitas.
"Ada Nona Maharani, mohon beri jalan!" ucap salah satu pelayan keluarga besar Mahalini yang disambut enam pelayan lainnya.
Begitu masuk, pandanganku langsung tertuju pada sosoknya. Sahabat baikku, Angrea Mahalini, wanita tercantik di dunia, dan kini para bidadari surgapun akan iri bila memandangnya.
"Ella." panggilnya kala melihatku datang seraya tangannya membuka meminta pelukan.
Kupeluk sahabatku itu penuh rasa syukur, bahagia yang ia rasakan turut kurasakan juga. Menetes lah air mataku, air mata kebahagiaan, lalu kupandangi penuh wajahnya.
"Selamat ya sayang, sebentar lagi kamu akan jadi wanita paling bahagia di dunia," ucapku dengan penuh ketulusan.
"Makasih Ella, makasih untuk semuanya, Rea sayang Ella," iapun meneteskan air mata bahagia kala kami berpelukan. Suasana di ruang itu terasa haru namun begitu hangat. Bahkan para pelayan Mahalini pun ikut meneteskan air mata melihat kami.
---
Aku, Marvellina, Vero, Vior, dan Ivory duduk dalam deret yang sama hanya berbeda warna kursi. Aku secara khusus meminta ketiga member Velvet agar duduk di sebelahku meski mereka bukan bagian dari keluarga besar Mahaseroja.
Kami tengah mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an dari seorang qoriah.
"Ella, ini tuh pasti tentang pernikahan kan?" tanya Vero.
"Iya sepertinya, kalo yang begini tanya sama Vior dong!" jawabku dengan senyum kecil pada Vero.
"Iya kah Vior?" Vero masih berusaha bertanya.
"Tadi An-Nisa ayat satu, terus ini yang lagi baca Ar-Rum 21 ... dan ini sedang dilantunkan dengan irama Hijaz ... betul Kak, tentang pernikahan," jawab Vior tampak paham.
"Kak Vero dengerin dong, ini enak loh suaranya." Ivory protes sambil berbisik.
"Iya bagus suaranya," Vero lalu memandang kembali ke pelantun ayat suci tersebut.
"Humaira Khairunisa. Sang Mutiara dari tanah serambi mekkah. Juara berturut-turut qori tingkat nasional, bahkan menempati tiga besar di perlombaan tingkat internasional di Mesir," Vior menjelaskan lebih lanjut, Vior memang lumayan paham mengaji.
"Oooohhhh ... oke" Vero tampak puas dengan penjelasan yang Vior berikan.
"Bukan cuma suaranya yang indah, parasnya juga menawan, wajar kalau mendapat julukan Mutiara dari tanah serambi Mekah." Aku cukup tahu dan kagum dengan sosok wanita ini.
"Owh jadi dia orang Arab toh, mirip orang kita ya?" Vero memasang wajah heran.