Judul : Ketika Ibuk Tau
Penulis : Rana Kurniawan
Sudah tiga minggu aku dirawat di klinik patah tulang milik Pak Haji Cimande.
Setiap hari tubuhku diurut, dibaluri minyak, dan diberi ramuan pahit yang katanya bisa melancarkan peredaran darah. Tapi sampai hari itu, aku belum juga bisa berdiri. Setiap kali mencoba menggerakkan kaki, yang kurasakan hanya hampa.
Tak ada rasa. Tak ada kekuatan.
Malam itu, aku duduk bersandar di tempat tidur, menatap layar ponsel yang kusam.
Entah dorongan dari mana, aku tiba-tiba ingin menghubungi ibuku di kampung.
Sudah tiga minggu aku berbohong, pura-pura baik-baik saja, padahal tubuhku nyaris tak berfungsi.
Dengan jari yang gemetar, aku mengetik pesan dalam bahasa Sunda:
“Ma, aya cikur, beas teu?”
(Ma, ada kencur sama beras nggak?)
Tak lama kemudian, ibuku membalas:
“Aya cikur, beas mah. Jeng naon?”
(Ada. Mau buat apa?)