Judul : Harapan yang Tertunda
Penulis : Rana Kurniawan
Setelah berminggu-minggu berobat di rumah dengan berbagai cara, ibuku belum juga menyerah.
Ia mendapat kabar dari tetangga, katanya di daerah Bajeg, Pandeglang, ada seorang tabib sakti yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit, bahkan yang sudah divonis tidak bisa sembuh.
Malam itu juga, sekitar jam delapan, bapakku mencari mobil sewaan agar bisa membawaku ke sana.
Akhirnya ia bertemu dengan Pak Inung, pemilik mobil Avanza tua. Setelah tawar-menawar, mereka sepakat dengan ongkos Rp150.000.
Aku pun digotong perlahan ke dalam mobil, selang kencing masih terpasang di tubuhku.
Mobil melaju pelan di jalanan yang gelap dan rusak, menembus kabut dan suara jangkrik malam.
Di sepanjang perjalanan, hanya suara mesin dan napas ibuku yang terdengar berat — antara lelah dan harapan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam, kami tiba di rumah sang tabib sekitar jam sebelas malam.
Bapakku mengetuk pintu sambil mengucap pelan,
“Assalamu’alaikum...”
Sekitar satu menit kemudian, pintu terbuka. Seorang pria tua berwajah dingin keluar.