Light in Akania

White Blossom
Chapter #1

01 - Titik Balik


⪩⪨

"Apa kalian tahu? Katanya yang ikut perburuan kali ini sudah kembali!"

Ruang baca perpustakaan itu ribut oleh pemuda-pemuda yang berbicara antusias tentang perburuan parasit dan monster. Tak menyadari, bahwa sejak awal seorang gadis dengan rambut coklat dan seragam khas penjaga perpustakaan mencuri dengar pembicaraan mereka.

"Aku dengar kali ini ada korbannya. Siapa ya namanya? Kalau tidak salah—"

"Cathaniya!"

Gadis dengan rambut coklat itu menoleh saat seseorang menggebrak meja tempat dirinya sedang memilah buku. Mata bak permata ruby gadis itu menatap sang sahabat yang tampak gusar di depannya.

"Ada apa, Akya? Aku masih sibuk, jadi kamu bisa katakan nanti! Pekerjaanku masih sangat banyak!"

Akya Ciyana mengusap wajahnya dan menggenggam erat kedua pundak Cathaniya yang enggan untuk menatapnya. "Dengarkan baik-baik, Cathaniya! Anggota perburuan sudah kembali dan ada banyak korban terluka. Salah satunya adalah saudaramu!"

Mata ruby Cathaniya melebar dan langsung saja gadis itu meninggalkan meja kerja yang penuh dengan buku dan berlari keluar dari perpustakaan. Jalanan di depannya tampak ramai, sedangkan Cathaniya terus berlari ke arah bangunan besar di pusat kota. Tempat di mana para pasukan perburuan berada.

"Tidak ada lagi yang akan datang?"

Cathaniya menghentikan langkahnya dan mengusap wajahnya yang berkeringat. Rambut coklat gadis itu sesekali bergerak terkena hembusan angin. 

"Apa tidak ada keluarga yang datang atas nama Aganio?"

Kepala sang gadis menoleh dengan cepat ke arah dua pria yang tampak kotor dan sedikit lusuh itu. Beberapa perban tampak hadir di bagian tubuh mereka dan bau amis darah terasa pekat di sekitar mereka.

"Saya! Saya adalah keluarga dari keluarga Aganio!"

Keduanya menoleh ke arah Cathaniya yang mendekat dengan wajah pucat. Salah satu di antara mereka segera mengarahkan Cathaniya menuju ruangan di dalam bangunan tersebut. Mata ruby Cathaniya meliau ke segala arah, menelisik wajah-wajah yang berkerut menahan rasa sakit.

"Silakan! Dia ada di dalam ruangan ini."

Cathaniya menganggukkan kepala dan mengucapkan terima kasih kepada pria tersebut. Saat pintu ruangan terbuka, langkah Cathaniya terhenti melihat sosok tubuh yang terbaring di atas tempat tidur.

Wajahnya yang pucat dan urat-urat keunguan yang tampak menonjol di kulit yang pucat, serta sisa darah di sudut bibir dan di pakaian yang digunakannya. Bau amis juga samar-samar tercium dari tubuh sang pria membuat Cathaniya mengeluh tertahan.

Lihat selengkapnya