Light in Akania

White Blossom
Chapter #4

04 - Gayano

⪩⪨

Cathaniya melirik barisan pasukan hunter di sekitarnya. Gadis itu memeriksa kelengkapan senjata untuk kesekian kalinya dan melirik Gandia yang berdiri di sampingnya.

“Siapa orang tadi itu?” tanya Cathaniya dengan suara sedikit pelan, tetapi cukup untuk didengar Gandia.

Gadis itu menoleh dengan raut wajah ragu-ragu dan kembali menatap Cathaniya yang menunggu jawabannya.

“Dia adalah orang penting di guild ini dan aku tidak bisa sembarangan menyebut namanya.”

Cathaniya yang hendak menjawab terhenti saat pria muda yang tadi mengganggunya itu berdiri di depan barisan para hunter dengan aura yang mengintimidasi.

“Baiklah, aku yakin kalian semua tidak sabar dengan perburuan kali ini.” Mata safir itu melipir menatap wajah-wajah di depannya dan tersenyum miring saat bertemu dengan mata ruby Cathaniya.

“Berhati-hatilah dengan sekitar kalian dan jangan pernah lengah! Semoga berhasil!”

Rombongan hunter itu mulai bergerak dengan melompati atap bangunan di Akania. Pemandangan itu sudah biasa bagi masyarakat Akania yang hidup berdampingan dengan para hunter. 

Bagi mereka yang memiliki kekuatan, bergerak bebas di udara bukanlah hal yang sulit. Tubuh mereka secara alami lebih kuat dari manusia biasa dan Cathania akhirnya mengalami sendiri euforia tersebut. Saat seluruh sendi tubuhnya merasa segar dan bereaksi dengan hormon adrenalin yang memacu detak jantungnya lebih cepat.

Senyum kecil hadir di wajah Cathaniya dan hal itu tidak lepas dari pandangan mata pria muda dengan mata safir yang terus mengamatinya.

Aku bisa merasakan tatapan matanya kepadaku! Batin Cathaniya menghela napas dan mempercepat pergerakan tubuhnya.

Setengah jam kemudian rombongan hunter itu akhirnya sampai di perbatasan Akania dan dunia luar. Dinding setinggi 50 m yang membatasi Akania dan peradaban dunia luar itu mulai dibuka oleh petugas yang berjaga di perbatasan.

Bau rerumputan segera menyambut indra penciuman para hunter bersamaan dengan angin dingin yang datang membelai kulit mereka. Kabut tipis tampak hadir di depan mereka dan membatasi jarak pandang.

Cathaniya menekan tombol pada bros di dada kirinya dan segera cahaya transparan berwarna biru hadir menutupi seluruh tubuhnya. Para hunter itu segera bergerak meninggalkan pintu perbatasan dan mulai memburu para parasit yang berkeliaran hendak masuk ke Akania.

Tujuan utama dari perburuan kali ini adalah Giyo. Sebuah monster berbentuk lendir yang mampu meniru manusia hanya dengan mengambil sedikit keringat atau cairan tubuh lainnya. Ciri khas Giyo saat menjadi manusia adalah bau amis dan urat keunguan yang muncul di sepanjang kulit mereka.

Cathaniya mengeluarkan pedang kecil di pinggangnya saat mendarat di atas pohon setinggi 20 m. Mata ruby itu melirik sekitarnya yang hening, sedangkan para hunter lainnya mulai bertemu dengan beruang atau pun rusa yang juga akan ditangkap sebagai pasokan kebutuhan mereka.

“Ada yang aneh. Ini terlalu hening,” gumam Cathaniya melirik sekitarnya dan menyipitkan matanya menatap kabut tipis yang kembali bergerak di sekitar mereka.

“Kamu benar, Nona. Suasana hening ini cukup mencurigakan.”

Lihat selengkapnya