Sihir, konsep sihir di dunia ini adalah menggunakan sigil. Sigil sendiri merupakan suatu manifestasi dari mana seorang manusia.
Dengan mengalirkan mana ke arah telapak tangan, lalu memfokuskan pikiran seraya membaca beberapa utas mantra maka seseorang bisa memunculkan sigil mereka.
Namun, sebelum itu biasanya seseorang harus menemukan afinitas sihir mereka terlebih dahulu. Yaitu, dengan cara mengalirkan mana ke arah tangan tanpa mengucapkan mantra. Dengan begitu, mana seseorang akan mengalir ke luar tubuhnya tanpa membentuk sigil.
"Dengar, kau harus fokus dan tetap tenang saat melakukannya. Kau hanya perlu berkonsentrasi dan membiarkan tubuhmu mengalirkan mana secara natural ke arah telapakmu."
"Baiklah, aku mengerti," ujar Hikaru, dia begitu sigap memperhatikan penjelasan Alvia.
"Oke, aku akan mempraktekkannya."
Alvia membuka telapak tangan kiri, dia memejam lalu menarik nafas singkat. Mulailah gadis itu mengalirkan mana ke telapak tangannya tersebut. Samar-samar, tampak cahaya hijau yang berpendar redup di atasnya.
"Afinitas sihir adalah kecocokan mana kita kepada suatu elemen alam. Merah artinya api, biru artinya air, hijau artinya angin, jingga artinya tanah dan kuning artinya petir. Itu adalah 5 elemen yang menjadi afinitas sihir di dunia ini."
Hikaru terkesima, matanya tak henti-henti memandang gelombang hijau yang menari-nari di atas permukaan tangan Alvia.
Tarian mana, bak aurora di langit malam benua es yang anggun dan mempesona.
"Sekarang, cobalah kau alirkan manamu."
Hikaru mengangguk, "Baiklah, aku akan mencobanya."
Hikaru membuka telapak tangan kirinya– seperti Alvia. Dia memejamkan mata seraya menghela nafas dalam-dalam. Hikaru berkonsentrasi, segenap pikirannya fokus untuk mengalirkan mananya.
Terasa sedikit lama Hikaru berusaha, namun dia sama sekali belum berhasil mengalirkan mana. Hikaru sampai-sampai mengencangkan otot lengannya namun akhirnya menyerah dan menyeru tak berdaya.
"Fuhaaah! Aku gagal. Kenapa aku tidak bisa melakukannya?"
"Kau harus tenang, fokuskan pikiranmu. Mana yang mengalir dalam diri manusia berasal dari dalam Mana Core. Itu letaknya ada di jantung. Jadi, jangan gugup agar kau bisa mengalirkan mana dengan lancar," tutur Alvia.
Bibir Hikaru mengerucut lurus memahaminya, "Akan kucoba sekali lagi."
Untuk sekali lagi, Hikaru mencoba. Dia memejamkan mata dan memfokuskan diri secara penuh. Tak ada yang bisa mengganggunya, bahkan tawa bocah-bocah panti tak dapat menggoyahkan konsentrasinya.
Akan tetapi, tiba-tiba datang malapetaka kepada Hikaru. Sebuah tepukan di bahunya meruntuhkan segala konsentrasi yang telah dihimpunnya.
"Yo, apa yang kalian lakukan?" Flash menyapa.
"Argh, tuan Flash, apa yang kau lakukan?" Alis Alvia saling bertaut.
"Eh? Memangnya apa yang kulakukan?"
"Kau mengganggu konsentrasi Hikaru. Kami sedang berlatih mengalirkan mana."
"O~oh, benarkah? Fuahahaha, maafkan aku. Aku tidak tahu hal itu."
Tawa Flash begitu canggung, seakan memaksa. Hikaru dan Alvia pun hanya menghela nafas pasrah.
"Dasar tuan Flash," Alvia memurungkan wajah.
"Ahahaha, ya maafkanlah pria tua ini." Flash memegangi kepala belakangnya, "Ngomong-omong, aku akan memasang mantra penghalang di sekitar bilik rawat. Apa kalian mau membantu?"
Flash membawa beberapa batu yang telah diberi beberapa mantra sihir penghalang di tangannya.
"Memangnya pembasmiannya sudah mau mulai, tuan?" tanya Hikaru.
"Belum, sih. Tapi, sebelum itu mantra penghalangnya harus kupasang terlebih dahulu," cakap Flash, "Mau ikut?"
Alvia bersedekap dan dengan tegas menolak ajakan pria tua tersebut.
"Tidak, kami sedang berlatih. Jangan ganggu kami."