Light Soul

MsngPembawaBencana
Chapter #7

Arc 0 ~ Sadar

Langit gelap gulita. Cakrawala hitam tampak polos tak berbintang. Rembulan tak sedikitpun menelisik dari tirai malam, membuat aura mencekam yang ketat. 

Dalam bilik rawat, Hikaru terbaring di atas ranjang. Perban melilit lehernya yang terluka di sebelah kanan dan beberapa bagian tubuh lainnya. 

Perlahan-lahan, Hikaru buka mata kanannya– yang tak terluka. Suatu kesan yang familiar dia rasakan. Ruangan gelap dengan penerang yang remang ini sudah bukan sesuatu yang asing baginya. 

"Aku masih hidup?" Hikaru mengusap lehernya, terasa sedikit perih di sisi kanan. 

Menghiraukan sensasi tersebut Hikaru menegakkan badan dan menyandarkan punggung ke kepala ranjang. Pening masih hinggap– sisa vertigo yang dia alami sebelum pingsan.

Teringatlah Hikaru pada anak-anak dan Alvia. Seketika perasaan cemas merengkuh samubarinya. 

"...Alvia, dia–"

Derik pintu yang terbuka menyela batin Hikaru. Seorang pria tua dan gadis priest muda yang datang ke dalam.

"Oh, kau sudah sadar," ujar Flash. 

"Tuan... Alvia, syukurlah kalian baik-baik saja. Bagaimana dengan anak-anak?"

"A~ah, dibanding dirimu sendiri kau lebih mengkhawatirkan orang lain? Ahaha, tenang saja, anak-anak itu baik-baik saja."

Angin segar berhembus untuk Hikaru. Kecemasannya lenyap mendengar kabar baik yang Flash berikan. 

"Dimana mereka sekarang?" tanya Hikaru. 

"Sekarang sudah malam, mereka semua sedang tidur di rumahku."

"Tidak di panti?"

"Jendelanya rusak, ada bercak darah di sekitar bingkainya. Anak-anak takut sehingga aku menyuruh mereka untuk tidur di rumahku," terang Flash. 

Alvia duduk di sisi ranjang, tubuhnya menyamping menghadap Hikaru. Senyuman manis gadis itu dia sunggingkan, tersirat rasa bahagia dalam pandangan netranya. 

"Terima kasih, Hikaru. Kau telah melindungi kami," ujar Alvia.

"A~ah, sama-sama. Aku pun," timpal Hikaru.

Dia juga membalas senyum dari Alvia yang tak kalah manisnya. Senyuman polos pemuda itu kiranya membuat sedikit rona merah di pipi Alvia.

"Ngomong-omong, kau cakap juga bertarung. Genggamanmu pada pedang di tanganmu begitu erat. Bahkan, setelah terpelanting beberapa kali pun kau tidak melepaskannya." Flash melanjutkan pembicaraan. 

"Benarkah?"

"Untuk orang awam, dapat bertahan dari seekor Swamptail adalah sesuatu yang hebat," kata Flash seraya mengambil sebuah kursi, "Kau bahkan memotong lidahnya bukan?" 

"I-iya, aku benar melakukannya."

"Nah, karena itu... " Flash duduk di atas kursi yang dibawanya, "Kau ini hebat."

Hikaru merasa pujian dari Flash dan Alvia berlebihan. Dia merendah, kemudian membandingkan diri dengan si pria tua dan Raven yang membunuh belasan Swamptail dengan mudah. Dipuji karena menahan seekor Swamptail tidak membuat Hikaru merasa berbangga diri.

"Oh, ya. Ngomong-omong, apa Raven yang menyelamatkanku dari Swamptail itu?"

"Ya, dia yang melakukannya. Saat kami melihat seekor Swamptail masuk ke bilik rawat, Raven segera pergi untuk menyelamatkanmu." 

Batin Hikaru berbicara, dia merasa berhutang budi pada pemuda bermanik ungu tersebut. Namun, bukan itu yang membuat kerisauan dalam hatinya. Melainkan hal lain yang berhubungan dengan Swamptail itu sendiri.

"Sejujurnya, aku bingung. Kenapa seekor Swamptail bisa masuk ke dalam?"

"Kami pun juga tidak tahu kenapa. Saat batu mantra penghalang telah tertanam, maka tidak akan ada celah untuk memasuki bilik rawat. Terkecuali jika kau adalah manusia atau beast yang terlampau kuat untuk ditahan penghalang."

Penghalang yang Flash tanam berfungsi menghalau makhluk apapun selain manusia untuk memasuki bilik rawat. Mantra tersebut sangatlah kuat. Bahkan, seratus Swamptail pun tak akan sanggup melewatinya. 

Tentu saja, akan aneh bila seekor dapat melewati penghalang tersebut. 

"Apa mereka menggalinya? Atau merusak batu mantranya?" tanya Hikaru. 

"Kami sudah memeriksa semua batu mantra yang ada. Dan, semua batu mantra itu baik-baik saja."

"Jadi, bagaimana Swamptail itu bisa masuk?"

Lilin di sudut ruangan menari-nari, seolah tertiup angin. Pemandangan yang janggal, sedang diluar ruangan suasana begitu sunyi tanpa sedikitpun ribut hembusan udara. 

Lihat selengkapnya