Lika-Liku Mahasiswa Farmasi
Perjalanan Panjang, Praktikum Melelahkan, dan Cinta yang Berdebu
Pengantar untuk Pembaca
Selamat datang di dunia yang penuh dengan botol-botol kimia, laporan praktikum, dan perjuangan tak kenal lelah!
Jika kamu pernah bertanya-tanya seperti apa kehidupan mahasiswa farmasi, maka novel ini akan membawamu masuk ke dalamnya—bukan hanya tentang teori obat-obatan dan laboratorium, tapi juga tentang perjuangan menghadapi dosen killer, bertahan dari tekanan ujian, dan tentu saja, lika-liku persahabatan serta percikan asmara di antara serbuk-serbuk kimia.
Cerita ini mengikuti perjalanan Adit, seorang mahasiswa baru yang baru saja melangkah ke dunia farmasi dengan harapan dan ketakutan yang bercampur. Bersama teman-temannya, ia akan menghadapi berbagai tantangan: mulai dari praktikum yang penuh kejutan, konflik pertemanan, kerja sampingan demi bertahan hidup, hingga romansa yang mungkin muncul di saat yang tak terduga.
Jadi, siapkan dirimu untuk masuk ke dalam dunia mahasiswa farmasi—penuh dengan cerita yang mungkin akan membuatmu tertawa, mengeluh, atau bahkan merasa relate dengan kehidupan mereka.
Karena di dunia ini, farmasi bukan sekadar belajar tentang obat. Ini tentang bertahan hidup.
Bab 1: Awal Perjalanan
Matahari pagi bersinar malu-malu ketika Adit melangkah masuk ke gerbang Fakultas Farmasi Universitas Sejahtera. Ia menyesap udara pagi dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.
"Oke, hari pertama. Harus kelihatan percaya diri. Jangan keliatan cupu," gumamnya dalam hati.
Di sekelilingnya, mahasiswa baru berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil. Ada yang sibuk memperkenalkan diri, ada yang masih canggung mencari teman, dan ada juga yang lebih memilih berdiri sendirian sambil bermain ponsel—mungkin untuk menghindari interaksi sosial yang canggung.
Adit sendiri memilih berjalan menuju aula tempat acara orientasi berlangsung. Di dalam, ia melihat banyak mahasiswa baru yang sudah memenuhi kursi-kursi yang tersedia.
Saat ia sedang celingukan mencari tempat duduk, sebuah suara menyapanya.
"Hei, kosong nggak?"
Adit menoleh dan melihat seorang cowok berambut cepak dengan kemeja flanel merah berdiri di sebelahnya.