Bab 2: Praktikum, Neraka yang NyataAwal yang Menyenangkan?
Suasana ruang laboratorium masih terasa asing bagi Adit. Aroma alkohol, bau khas bahan kimia, serta suara alat gelas yang beradu memenuhi ruangan. Ia menghirup napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.
"Santai, Dit. Baru juga mulai," gumamnya dalam hati.
Di sekelilingnya, mahasiswa lain sedang sibuk berbincang, ada yang serius membaca modul, ada yang sekadar bercanda.
“Adit, lu siapin alatnya nggak?” tanya Raka, teman sekelompoknya.
Adit mengangguk. “Iya, udah. Nih, tabung reaksi, gelas ukur, pipet tetes…” Ia menyebutkan satu per satu.
Nisa, satu-satunya perempuan di kelompok mereka, tersenyum kecil. “Bagus, tapi jangan salah takar ya. Dosen killer ini, lho.”
Adit menelan ludah. Baru hari pertama dan sudah ada tekanan mental.
Di sisi lain ruangan, terdengar suara berisik. Reno, kakak tingkat yang dikenal playboy, sedang bercanda dengan teman-temannya. Sekilas, matanya melirik ke arah Nisa.
“Eh, Nis. Kalau kesulitan, bilang aja sama abang. Nanti aku bantuin,” katanya dengan nada menggoda.
Nisa hanya melirik tajam. “Nggak perlu, makasih.”
Adit dan Raka saling pandang, menahan tawa. Reno tersenyum santai, seolah tak terganggu dengan respons dingin itu.
Dimulai dari Kesalahan Kecil
Dosen masuk, suasana mendadak hening. Ibu Ratri, salah satu dosen paling tegas di fakultas mereka, berdiri di depan dengan ekspresi serius.
“Kalian sudah baca modul?” suaranya terdengar tajam.
Serempak mahasiswa mengangguk, meskipun sebagian mungkin hanya membaca sekilas.
“Baik. Sekarang, mulai eksperimen pertama.”
Adit membaca ulang prosedur di modul. Ambil larutan NaOH 0,1 M sebanyak 10 mL.