Lika liku mahasiswa farmasi

Ghiyas
Chapter #6

Laporan Praktikum? Bisa Nggak Skip Aja?

Bab 5: Laporan Praktikum? Bisa Nggak Skip Aja?

Adit menatap layar laptopnya dengan pandangan kosong. Kursor berkedip-kedip seakan menertawakannya. Laporan praktikum ini bagaikan neraka dunia, dan dia baru saja masuk ke level paling bawah.


Di sebelahnya, Raka dengan santainya tiduran di lantai, satu tangan pegang HP, tangan satunya lagi ngemil keripik. "Bro, santai aja. Laporan itu kayak hubungan, jangan terlalu dipikirin. Nanti ujung-ujungnya tetap menyakitkan."


Adit memijat pelipisnya. "Rak, kalau gue nggak ngumpulin laporan ini besok, nilai gue bisa jeblok. Dan kalau nilai gue jeblok, gue bakal masuk daftar hitam dosen. Dan kalau gue masuk daftar hitam, gue bakal disiksa di tiap praktikum kayak ayam diungkep."


Raka mengangguk-angguk dengan wajah serius. "Hmm, masuk akal. Tapi lebih masuk akal kalau kita pesan ayam geprek sekarang. Gue laper."


"RAK! FOKUS!"


"Yaelah, Dit! Santai dikit napa. Udah tengah malam, otak lo butuh istirahat."


Adit melirik jam dinding. Pukul 23.47.


Sial, laporan ini harus dikumpulkan sebelum jam 7 pagi, dan dia bahkan belum menulis hasil pengamatan.


Dilema Mahasiswa Farmasi

Laporan praktikum bukan sekadar tugas. Ini adalah ujian mental, ujian ketahanan tubuh, dan ujian iman. Salah satu kakak tingkat pernah bilang, "Kalau lu bisa ngerjain laporan tanpa nangis, berarti lu belum ngerjain laporan yang sesungguhnya."


Dan sekarang, Adit mulai memahami kata-kata itu.


Praktikum tadi siang saja sudah seperti neraka. Awalnya dia pikir bakal kayak di film-film, pake jas lab, tuang-tuang larutan, terus larutannya berubah warna jadi ungu atau hijau neon. Nyatanya, yang ada malah kejar-kejaran sama dosen asisten yang mukanya kayak habis ditalak tiga sama hidup.


"Eh, Dit, tadi kita praktikum apaan sih?" tanya Raka, akhirnya bangun dari tidurnya dan nyender ke meja.


Adit mengernyit. "Kayaknya tadi kita ngukur pH larutan pake indikator universal?"


Raka mengangguk. "Oh iya, terus kita harus nyocokin warna larutan sama tabel pH, kan?"


"Iya. Tapi..." Adit terdiam sejenak. "Tapi warna larutan kita tadi abu-abu pekat, Rak. Itu warna apa?"


Raka juga terdiam. Keduanya saling pandang.


"Di tabel nggak ada warna abu-abu, Dit."


Adit langsung panik. "JANGAN-JANGAN LARUTANNYA RUSAK?!?"


"Tapi dosennya nggak nyadar!"


"Rak, ini bahaya. Bisa-bisa kita malah bikin zat beracun tanpa sengaja!"


Raka menggaruk kepala. "Udah lah, Dit. Kita tulis aja hasil pengamatan yang aman-aman. Misalnya, ‘larutan berubah warna sesuai reaksi yang terjadi’."


Adit melotot. "Rak, lu pikir dosen kita bodoh?"


Raka mengangkat bahu. "Ya nggak, tapi siapa tahu dia nggak baca detail?"

Lihat selengkapnya