Like a Boar to a Flame (Bahasa Indonesia Version)

Endri Irfanie
Chapter #2

Semur

“Saking gedenya ini rumah, sampai ada kamar yang belum pernah dimasukin,” kata Linda diikuti gelak tawa, bermaksud memecah ketegangan dengan komentar recehnya, tapi gagal.

Beberapa menit kemudian, kami bertiga tidak berkata-kata. Kami pura-pura sibuk dengan gawai masing-masing. Kesunyian canggung itu berakhir ketika kami mendengar suara mobil yang masuk ke garasi rumah.

“Halo Tante, kami temannya Wenny,” ujar Linda sembari menyalami Mama yang baru saja masuk ke rumah.

“Aduh, cantik-cantik banget. Makasih loh ya udah jadi temannya Wenny,” kata Mama tanpa melepas kacamata hitamnya.

“Apaan sih, Ma,” sahutku. Tapi aku tahu Mama pasti gembira karena ini adalah kali pertama aku mengajak teman ke rumah.

“Kang!” Mama memanggil sopir pribadinya yang sedang kerepotan membawa tas-tas belanja dari mobil. “Itu makanan minuman nanti taroh di ruang tamu ya!”

Beberapa menit kemudian, meja tamu sudah penuh dengan setengah lusin kotak kue dan minuman-minuman manis dari coffee shop langganan Mama. Kemurungan Irva pun seketika sirna.

“Enggak boleh belajar dengan perut kosong,” kata Mama dengan riang. Ia kemudian berpaling ke arahku. “Wenny, suruh teman-temanmu habisin semuanya ya, kalau enggak habis, bungkus bawa pulang. Mama di atas mau istirahat. Kalau butuh sesuatu, panggil Bibi ya. Atau ketok aja kamar Mama.”

Lihat selengkapnya