Like a Boar to a Flame (Bahasa Indonesia Version)

Endri Irfanie
Chapter #10

Babi

15 TAHUN YANG LALU

“Kamu yakin soal ini?” tanya seorang lelaki kepada seorang wanita.

Sang wanita, yang sedang menggendong seekor makhluk mungil yang berbulu hitam menjawab dengan yakin: “Aku akan sayang padanya seperti aku sayang pada anakku sendiri, Mas.”

Makhluk itu mendengkur lembut, menikmati setiap belaian penuh kasih sayang dari wanita tersebut. Tiap malam sebelum malam itu, makhluk itu meringkuk bersama makhluk-makhluk sejenisnya untuk mendapatkan kehangatan di dalam kurungan besi yang dingin dan kejam. Tapi malam itu, semuanya akan berubah baginya.

“Oke, kita akan melakukannya.”

Merasakan keraguan dari suara lelaki itu, sang wanita berkata: “Ada yang belum Mas ceritakan padaku.”

Setelah keheningan beberapa saat, lelaki itu pun akhirnya mengungkap hal yang menimbulkan keraguannya. Untuk melakukan apa yang akan mereka lakukan malam itu, perlu sebuah syarat yang harus dipenuhi. Syarat itu cuma satu macam, tapi tentu saja itu bukan hal yang remeh.

“Kenapa baru bilang sekarang, Mas? Kenapa enggak kita bahas jauh-jauh hari?”

Lelaki itu diam seribu bahasa.

Lalu, wanita itu melanjutkan dengan lirih: “Kalau kita batalkan malam ini, Hari Jumat Kliwon Rejeb selanjutnya baru ada tahun depan, Mas. Aku enggak bisa nunggu satu tahun lagi. Tapi, kalau apa yang Mas bilang barusan benar...”

Sang lelaki mengelus bahu istrinya dan berkata: “Udah, enggak usah dipikirkan. Kita udah sepakat kita akan melakukannya malam ini. Akibatnya kita tanggung nanti.”

Sang istri menggeleng, wajahnya penuh kecemasan. “Coba Mas bilang dari kemarin-kemarin. Sekarang kita udah enggak punya waktu buat mikir.” Ia lalu mengarahkan pandangan ke arah jam dinding. Lima menit lagi adalah jam-jam yang mereka tunggu: lingsir wengi, jam-jam paling keramat di malam hari.

 Di saat jarum jam tepat menunjuk pukul satu dini hari, suami-istri itu saling pandang, lalu sang suami berkata: “Kita pasti bisa jalanin konsekuensinya.” Ia terdengar seperti ingin meyakinkan istrinya, meskipun sesungguhnya ia lebih ingin untuk meyakinkan dirinya sendiri.

“Mas siap?” tanya sang istri.

Lihat selengkapnya