Like A Flowing Wind

Sugiarty Nasir
Chapter #8

Aaron vs Sam

Kelas seni budaya di hari Kamis memang paling dinantikan oleh semua murid di kelasku. IPA 12A akan bergabung dengan IPS 12B. Yah, kelasku dan Aaron. Bukan karena sekolahku kekurangan kelas atau guru. Hal ini sudah menjadi tradisi saat pelajaran seni budaya pasti IPA dan IPS akan digabung. Hal ini dilakukan agar tak ada kesenjangan antara murid IPA dan IPS. Dan menurutku itu berkerja.

Para siswa siswi masuk secara terburu ke ruang pertemuan yang akan kami gunakan untuk belajar. Ada yang berebut agar bisa duduk di depan ada juga yang saling meng-hak milik kan kursi paling belakang. Walau sebenarnya percuma, baik di depan atau di belakang pasti akan terlihat.

Bentuk tempat duduknya seperti bulan sabit, semakin belakang justru semakin kelihatan. Pernah menonton drama korea yang berjudul Blood? Di episode pertama Park Ji Sang masuk ke ruang rapat dokter Yoo Ri Ta. Nah, ruang pertemuan yang kami gunakan ini persis seperti ruangan rapat di rumah sakit di drama Blood.

Aku mengambil baris di tengah, yang tidak terlalu kena sorot. Setelah aku duduk dengan tenang, Aaron beserta Justin datang, disusul dengan Miss In. Aaron menaruh Justin di sampingnya lalu duduk memperhatikan Miss In yang sudah memulai kelas.

"Spesial untuk hari ini kita akan keluar dari materi yang ada. Harusnya hari ini kita akan belajar tentang seni musik, tapi kita pending, oke?" kata Miss In dengan bahagia. Aaron yang paling mengeluh mendengar kabar ini. Dia sangat bahagia untuk materi seni musik, makanya dia rela mengajak Justin keluar dari kandang. Selain dia suka dengan musik, dia juga sangat ingin pamer, kalau dia jago dalam bermusik dan cewek-cewek harusnya mengeluh-eluhkannya.

"Natal akan segera datang, rasanya kita perlu ide segar untuk merangkai pohon natal atau juga merangkai bunga untuk kita berikan ke orang terkasih, kan?" Semua murid mengangguk setuju.

Miss In menyuruh Aaron untuk membawakan sebuah lagu sambil menunggu tamu dan perlengkapan untuk belajar masuk.

Aaron dengan bangga maju ke depan bersama Justin. Dia mengambil kursi milik Miss In, yang membuat Miss duduk di bersama dengan muridnya. Tak lupa Aaron mengambil mic yang sudah di pastikan tersambung dengan speaker. Aaron mulai menggenjreng Justin, dari intro-nya aku bisa tahu lagu apa yang cowok berlesung pipi itu bawakan.

Lagu yang tidak akan pernah bosan dia mainkan. Bagaimana pun keadaan hatinya. Saking seringnya, aku pikir Aaron hanya bisa lagu itu, dia sampai protes. Katanya dia bisa lagu yang lain, tapi Photograph-nya Ed Sheeran tidak memiliki tanding.

Petugas sekolah bolak balik mengangkat peralatan belajar. Pertama petugas membawa banyak ranting pohon yang sudah kering, lalu membawa masuk kantungan besar berwarna hitam. Lalu, yang terakhir berbagai bunga segar.

Jantungku langsung berdetak sangat kencang. Apakah hari ini aku akan belajar merangkai? Saking penasarannya aku mengangkat tangan sambil menyebut nama Miss In. Suaraku yang kencang menghentikan Aaron menyanyi, wajahnya sangat kesal.

"Iya, Miss Kancana ada yang bisa saya bantu?" ucap Miss In.

"Apa kita akan merangkai bunga?"

Miss In tersenyum mendengar pertanyaan ku, "Seperti yang kamu lihat, kita akan kedatangan tamu dari University Kancana, dia berada di Fakultas Floristy." Aku tersenyum lebar mendengar jawaban dari Miss. Bagaimana tidak, aku bisa lebih dekat dengan hal-hal yang berbau bunga.

"Lihat senyumnya sangat cerah!" protes Aaron. Miss In hanya menepuk pundak cowok itu beberapa kali, mencoba menyuruh Aaron untuk mengalah kali ini.

Lihat selengkapnya