Like A Flowing Wind

Sugiarty Nasir
Chapter #4

A Prefix to this Story

Selama perjalanan Balikpapan-Bontang, aku terus terpaku keluar mobil. Menatap pepohonan yang seperti ikut bergerak karena laju mobil. Masih belum percaya dengan apa yang aku baca ketika di Bazaar night Chiang Mai. Tidak mungkin keluargaku yang bahagia, akan segera berakhir.

Jam empat sore tadi aku mendarat dengan selamat di Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan. Tidak istirahat, langsung melaju menuju Bontang. Niat awalnya mau bermalam semalam di Samarinda. Namun, kata cerai menghantuiku. Jadi, sampai rumah adalah hal wajib bagiku saat ini.

Kepalaku sangat sakit. Untung saja melewati jalan tol. Tidak jalan seperti biasa yang bisa menghabiskan waktu enam jam.

Di sinilah aku. Di rumah yang bergaya klasik Yunani. Tampak sederhana tapi terlihat elegan. Warna putih mendominasi rumah ini. Ini adalah permintaan Momma yang sangat perfeksionis. Dia tidak suka sesuatu yang ribet, dia suka yang sederhana tapi tertata dengan rapi. Di antara aku dan Kak Decha, mungkin aku yang mirip Momma. Tidak suka sesuatu yang sudah seharusnya, harus berubah.

"Kenapasih sikap kamu seperti ini!" teriak Poppa yang suaranya sampai ruang tamu. Jika tak salah tebak mereka saat ini pasti sedang di dapur. Aku sengaja tidak menekan bel atau menghubungi mereka kalau aku sudah sampai. Bisakah aku bilang, kalau keputusanku ini benar?

"Kraisee, aku lelah. Mari kita sudahi sampai di si-"

"Jill pulang," Aku cepat-cepat memotong perkataan Momma. Aku tidak suka mendengar kalimat yang menakutkan itu. Aku tidak mau mendengarnya.

Poppa langsung berlari memelukku. Dia merindukanku katanya. Sakit hampir saja menyerangnya jika aku belum pulang. Aku tersenyum mendengarnya.

Momma datang menghampiriku, hal pertama yang dia tanyakan adalah, sudah berapa lama aku tiba. Aku harus berbohong. Aku mengatakan kalau baru saja tiba. Tak ada kata-kata dari Momma yang aku dengar, anggap saja begitu. Maafkan aku, Mma. Jill bohong, dan mungkin akan terus begitu.

Kami bertiga memasang senyum yang ku tahu pasti semuanya tidak benar-benar tulus. Masing-masing menyembunyikan sesuatu.

Memang terlihat baik-baik saja. Tetapi, ku tahu pasti mereka tak sedang baik-baik saja. Tatapan mereka dan suasana saat bersama mereka itu berubah. Ini memang berubah atau sugesti?

"Naik istirahat, sayang. Besok kamu harus kembali ke sekolah. Aaron sudah pusing kamu tinggalin." Poppa mengantarku sampai kamar. Tak lupa mengecup keningku, mengacak gemas kepalaku.

Oia, selamat datang di kamarku. Kamarku tidak besar hanya berukuran 3x4. Sengaja tidak suka yang luas, boros tempat. Yang cukup ku luaskan adalah balkon, karena aku menanam bunga di sana. Kamarku berwarna putih dengan sentuhan warna hitam. Drawer dan ambalan saling berhadapan, tempat tidurku di antara dinding dan lemari pakaian. Aku tidak memiliki meja belajar seperti kebanyakan, aku lebih suka menikmati sensasi belajar di atas kasur. Tak heran Momma atau Poppa sering menemukanku di pagi hari masih tertidur sambil memeluk buku atau menjadikannya bantal.

Jalan dari pintu menuju balkon, dindingnya memakai wallpaper bunga tulip daytona. Bunga kesukaanku. Tulipa Daytona adalah tulip yang kelopaknya memiliki jari-jari. Jika tulipnya di balik, ia akan seperti gaun dengan renda-renda di bagian bawahnya. Terlihat sangat indah.

Indah, sederhana dan elegan. Tulip mampu membuatku jatuh cinta ketika Nenek Ja -Ibu dari Poppa- mengajakku ke Belanda. Kebun tulip membuat jantung berdetak sangat kuat, rasa ingin memilikinya sangat kuat. Dari sanalah, aku mulai mencintai bunga-bunga yang lain. Menjadikan mereka perantara perasaanku, yang mungkin tak bisa diungkapkan dengan sebuah kata.

Seperti saat ini. Satu buket bunga dan satu pot berada di atas meja makan. Di samping piring Momma Anyelir pink dikelilingi oleh bunga Globe Amaranth putih. Poppa mendapat Hoya Carnosa.

Pagi ini sengaja aku bangun sangat pagi dan memesan bunga pagi-pagi buta. Pemilik tokonya saja sampai marah-marah. Untung sudah langganan lama.

Poppa datang lebih dulu. Ia langsung mengambil pot bunga Hoya Carnosa untuknya menciumnya lalu tersenyum manis padaku. Hoya memiliki penampilan yang menarik. Bunganya berbentuk pola bintang, semi glossy, kemilaunya agak kabur karena tertutupi oleh bulu-bulu yang halus. Jika dilihat sekilas menyerupai bunga tiruan, padahal bunga asli.

Lihat selengkapnya