Like The Last One

Caroline
Chapter #3

Kekaisaran Taye, Ibukota Taye

“Yang Mulia, selamat pagi”

“Tuan putri, Selamat pagi”

Nyonyaku, selamat pagi”

Putri dari Taye mengangguk merespon serta tersenyum akan sapaan para pekerja. Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun menyunggingkan senyuman cerah sepanjang perjalanan setelah dia menyelesaikan tugas kenegaraan sejak pagi buta. Langkah ringannya melewati setiap sudut bangunan hingga ketika ia berada di pintu pertama istana langkah kakinya berhenti, menunggu kehadiran seseorang yang merawatnya setelah ibunya tiada. Satu-satunya keluarga yang menyayanginya sepenuh hati, satu-satunya keluarga yang tidak memanfaatkan dirinya demi kepentingan pribadi.

Cahaya matahari hangat serta angin berhembus pelan membuat helaian rambutnya mengikuti gerakan angin. WiAo Elizabeth Yeri, tersenyum lebar saat seseorang yang ia tunggu memasuki pekarangan istana. Kedua netranya kemudian tertuju pada mobil sedan hitam pada posisi pertama. Perempuan itu melangkahkan kakinya semakin dekat saat mobil itu berhenti lalu memperlihatkan kakeknya, Tae Qie Guo keluar dari pintu mobil dengan sekretaris kaisar di sebelahnya.

Tae Qie Guo lantas menoleh ke arah pintu setelah mengatakan sesuatu pada sekretarisnya, ia tertegun, kedua netranya menangkap wajah putrinya yang tersenyum cerah menyambut dirinya. Hingga suara cucunya membuyarkan lamunannya.

“Kakek,” Sambut Elizabeth ceriah. Tae Qie sedikit melihat pakaian yang dikenakan cucunya, ia tersenyum kecil. Cucunya memakai pakaian ibunya

Kaisar dari Taye lalu tersenyum lebar melihat sang cucu. Pria berkepala delapan itu merentangkan kedua tangannya, “Cucuku.” Wajah Kaisar Taye berbinar-binar menyambut cucunya dengan pelukan hangat yang dibalas oleh Yeri. Wanita berusia dua puluh tujuh tahun berlari kecil menuju kakeknya dan membalas pelukan pria tua itu. Kehangatan itu menjadi perhatian seluruh pekerja Istana Taye.

Tangan kanan Tae Qie Guo mengelus lembut rambut cucunya, “Bagaimana harimu?”

“Tidak baik.” Gadis itu melepaskan pelukannya dengan posisi masih berada di dekat kakeknya, “kakek berkata padaku bahwa liburannya hanya dua minggu. Kakek baru pulang di minggu ke lima. Kakek bahkan tidak mengangkat teleponku beberapa kali,” ungkap Elizabeth, yang setengah berpura-pura dan setengahnya lagi benar-benar kesepian ketika kakeknya pergi. Keluarga Wangsa WiAo hanya terdiri dua orang dan Elizabeth adalah salah satu pewaris terakhir dalam House of WiAo.

Ada rasa bersalah dalam hati kecil Tae Qie Guo mendengar kata-kata cucunya, kedua netranya memandang cucunya yang cemberut dan pria tua itu tersenyum gemas, “Maafkan kakek, my love.” Tangan pria itu memegang tangan cucunya dan beranjak dari tempat lalu memasuki ruangan setelah memberi instruksi pada Sekretaris Yi untuk menunggunya di ruangan kerja. Kakek dan cucunya berjalan pelan, menikmati kehangatan keluarga.

“Sebagai gantinya kita makan siang bersama, tidak apa-apa kecepatan satu jam bukan,” ucap Tae Qie kemudian sambil melirik cucunya di sebelah kanannya. Elizabeth Yeri mengangguk senang, “kebetulan aku memasak kue osmanthus kesukaan kakek.”

Lihat selengkapnya