Like The Last One

Caroline
Chapter #5

Chapter 5

Pangeran Yuho mengarahkan telapak tangannya ke arah putri Taye lalu menuntun gadis itu dengan pangeran mudah yang berjalan terlebih dahulu untuk menuruni anak tangga dari pesawat pribadi The Count Of Reuss. Milik keluarga besar dari Reuss dengan Pangeran Yuho sebagai pemilik sahnya. Ia akan menemani sang putri setelah seminggu mereka berdua berlibur di Kerajaan Nial Satiasia Bohemia dengan sahabat mereka berdua adalah Raja bupati Shieun Magrina, wanita berusia tiga puluh tujuh tahun yang kebetulan melahirkan beberapa minggu yang lalu membuat kedua bangsawan itu selalu bermain dengan keponakan mereka.

Kaisar Taye memerintahkan mereka berdua untuk berlibur selama tujuh minggu dan kini mereka akan menghabiskan sisa minggu liburannya di Negara Andotta. Awalnya Elizabeth menolak permintaan kakeknya tetapi kakeknya sama keras kepala dengan cucunya. Bujukan itu berhasil, putri Taye menerima permintaan kakeknya. Memberi tahu kedua pria berbeda usia itu agar kunjungan mereka tidak diketahui media, mereka berdua setuju.

Awalnya Tae Qie Guo telah menyiapkan penjagaan untuk sang cucu begitu dengan pangeran penguasa 30 Country. Elizabeth mengetahui hal itu dan memberi tahu kakeknya bahwa dia akan membawa semua pekerjaannya menuju ke Andotta.

"Baik, baik," ujar Kaisar Taye pasrah akan kata-kata cucunya yang seperti ancaman untuknya. Begitu dengan Yuho yang langsung mengurangi tingkat pengawalan tiga menjadi tingkat pengawalan satu setelah mendapat kalimat Ultimatum dari sepupunya. Elizabeth sangat bahagia, jika kakeknya meminta dirinya untuk berlibur maka ia akan memastikan dirinya berlibur seperti orang biasa

Sir Elliot, orang kepercayaan Yuho of Reuss dan sebagai kaki tangan untuk mengelola bisnis pribadi pangeran mudah di negara Andotta telah berdiri sejak pesawat pribadi tuannya mendarat. Dua mobil lainnya adalah mobil penjaga khusus untuk mengamankan mereka berdua dan para penjaga itu berdiri di masing-masing mobil. Sir Elliot mendapat kabar dari seluruh media bahwa pewaris dari Takhta Taye sangat cantik dan ia melihatnya dengan kedua netranya menangkap kehadiran putri Taye dan Pangeran mudah berjalan ke arahnya. Pria berumur lima puluh tujuh tahun menyambut dengan kehangatan, "Empire Highness and His Serene Highness." Sedikit membungkukkan kepala kepada kedua bangsawan itu.

Yuho mengubah posisinya berada di belakang Elizabeth agar gadis itu menjawab sapaan Sir Elliot, "Terimakasih telah mengatur hal ini, Tuan Elliot. Panggil saja aku dengan sebutan nona. Kita tidak berada dalam tugas resmi," ungkap Elizabeth tersenyum cerah. Dalam lubuk hati kecilnya, Elizabeth hanya ingin semua orang memanggil dirinya dengan cara santai.

Jika saja ada orang lain yang mendengar suara Putri Elizabeth, Sir Elliot memastikan mereka akan terpana tanpa penasarannya akan wajah pemilik suara lembut itu. Sir Elliot yang mendengar kata-kata putri Taye melirik ke arah Pangeran Yuho dan meminta penjelasan akan perkataan Tuan Putri dan dibalas anggukan kecil lelaki mudah itu.

Sir Elliot tersenyum ke arah gadis ini, "Baik Nona. Maafkan aku menahan kalian lebih lama. Semoga anda mendapat kebahagiaan." Meletakkan telapak tangannya ke dadanya lalu menundukkan kepala sedikit. Ia menjulurkan tangannya ke depan mempersilahkan mereka menuju mobil.

"Semoga anda mendapat kebahagiaan, Sir Elliot," Ungkap Elizabeth tulus, berjalan meninggalkan pria tua itu diiringi pangeran mudah Yuho membuka terlebih dahulu pintu membiarkan Elizabeth masuk dan ketika pangeran mudah itu masuk, mobil mulai melaju meninggalkan bandara.

Gadis itu menyandarkan kepalanya ke arah jendela, menikmati suasana sore ibukota Andotta. Sinar matahari sore menyinari wajahnya, menghangatkan serta merilekskan gadis itu dari segala beban di kepalanya.

Elizabeth memastikan liburannya akan sangat tenang. Meskipun kakeknya begitu mencintainya dan membiarkan cucunya melepaskan diri dari tata Krama Istana. Ia tetap merasa bahwa dirinya mengalami tekanan dari media.

Ia merasa tertekan dengan berita mengenai dirinya. Media seolah-olah mengawasi juga mengatur dirinya. Apalagi dengan berita mengenai ibunya. Ibunya telah meninggal hampir dua puluh tahun yang lalu dan media terus menerus memberikan kemiripan dirinya dengan sang mama.

Media terus menerus membandingkan kehidupan dirinya dan mama dengan mantan istri dari putra mahkota Britania Raya. Ia tidak menyukai topik itu. Sangat tidak menyukainya.

"Elizabeth, My lady." Suara Yuho berada tepat di telinganya membuat dirinya terlonjak kaget dan hampir terlantuk pada pintu mobil. Yuho mengkhawatirkan gadis di sampingnya, "Elizabeth, kau sakit? Paman, ubah rutenya menuju-" pria itu berhenti ketika satu tangan melambai ke arahnya meminta ia untuk tidak mengkhawatirkannya, "aku baik-baik saja."

"Kau serius? Kau melamun dan tidak mendengar panggilanku," ungkap Yuho masih khawatir, "jika tidak kita harus ke rumah sakit untuk mengobati kepalamu."

Lihat selengkapnya