Like Water for Chocolate

Bentang Pustaka
Chapter #3

Maret: Burung Puyuh Saus Daun Mahkota Mawar

Bahan-Bahan:

12 bunga mawar, disarankan yang berwarna merah

12 butir kastanye

2 sendok teh mentega

2 tetes minyak atsiri mawar

2 sendok makan adas

2 sendok makan madu

2 butir bawang putih

6 ekor burung puyuh

1 buah naga

Cara membuat:

Petik dengan hati-hati daun mahkota bunga-bunga mawar, usahakan jarimu tidak tertusuk duri-durinya, bukan hanya karena luka-luka kecil yang akan membuat perih, melainkan daun-daun mahkota itu dapat terkena tetesan darah yang bisa mengubah rasa makanan dan bahkan menyebabkan reaksi kimia berbahaya.

Bagaimana Tita bisa mengingat hal itu, tangannya gemetar karena akan menerima buket mawar, terlebih dari Pedro. Ini gejolak emosi paling dalam yang dirasakannya sejak pernikahan kakaknya, ketika dia mendengar Pedro menegaskan cintanya, mencoba menyembunyikannya dari tatapan penasaran semua orang yang mengawasi. Tatapan Mama Elena setajam biasanya dan dia tahu apa yang akan terjadi jika Pedro dan Tita mendapatkan kesempatan berdua saja. Oleh karena itu, dia berusaha melakukan berbagai trik terhebat dan berhasil membuat mereka berdua tidak saling melihat atau bertemu hingga hari ini. Satu hal yang terlewat dari Mama Elena: karena kematian Nacha, Tita menjadi orang yang memiliki kemampuan terbaik dari semua wanita di rumah itu untuk mengisi posisi kosong di dapur, dan di sana rasa, aroma, serta efek-efek yang ditimbulkannya tidak akan terpengaruh oleh perintah-perintah tegas Mama Elena.

Tita adalah mata rantai terakhir dalam barisan juru masak yang telah menyampaikan rahasia-rahasia kuliner dari generasi ke generasi sejak zaman kuno, dan dia dianggap sebagai orang terbaik dalam seni memasak yang lezat. Memberinya kedudukan sebagai juru masak resmi tanah pertanian ini adalah keputusan yang disetujui semua orang. Tita menerima posisi itu dengan gembira meskipun masih berduka karena kehilangan Nacha.

Kematian Nacha yang menyedihkan menyisakan depresi mendalam bagi Tita. Dengan kematian Nacha, dia kini benar-benar seorang diri. Rasanya seolah-olah ibu kandungnya yang meninggal. Untuk membantu Tita melewatinya, Pedro berniat membawakan buket mawar untuk memperingati tahun pertamanya sebagai juru masak tanah pertanian. Namun, Rosaura—yang sedang mengandung anak pertama—tidak setuju, dan ketika melihat Pedro masuk membawa bunga untuk Tita, bukan untuknya, tangisnya meledak dan dia berlari keluar ruangan.

Hanya dengan satu tatapan, Mama Elena menyuruh Tita keluar untuk membuang bunga-bunga itu. Sekarang, sudah terlambat, Pedro baru menyadari kecerobohannya lagi. Kemudian, juga melalui tatapan, Mama Elena memberi tahu Pedro bahwa masih ada waktu untuk memperbaiki kesalahannya. Tatapan itu sangat tajam hingga Pedro langsung berpamitan dan bergegas membeli bunga lain untuk Rosaura. Tita mendekap buket bunga dengan erat sehingga ketika dia berada di dapur, bunga-bunga mawar itu, yang sebagian besar berwarna merah muda, telah berubah merah karena darah yang mengalir dari kedua tangan dan dada Tita. Dia harus berpikir dengan cepat tentang apa yang akan dilakukannya terhadap buket ini. Mawar-mawar ini sangat indah. Dia tidak bisa membuangnya begitu saja. Pertama, belum pernah ada yang memberinya bunga. Kedua, bunga-bunga ini dari Pedro. Mendadak dia seolah mendengar suara Nacha mendiktekan sebuah resep, resep pra-hispanik yang mengandung daun-daun mahkota mawar. Tita hampir melupakannya karena resep itu untuk ayam pegar, yang tidak mereka ternakkan di sini.

Satu-satunya jenis unggas yang mereka miliki adalah burung puyuh. Dia memutuskan untuk sedikit memodifikasi resep itu agar dapat menggunakan mawar-mawarnya.

Tanpa berpikir ulang, dia pergi ke patio untuk mengambil burung puyuh. Setelah menangkap enam burung, dia membawa hewan-hewan itu ke dapur dan bersiap-siap membunuh mereka—yang akan sulit dilakukan karena dia telah lama memberi makan dan merawat mereka.

Sambil menarik napas dalam-dalam, Tita memegang burung puyuh pertama dan memutar lehernya, seperti yang sering dilihatnya ketika Nacha melakukannya, tetapi tenaganya kurang kuat untuk membunuh burung malang itu sehingga kepalanya terkulai ke satu sisi. Tita ketakutan! Dia menyadari bahwa kau tidak boleh lemah ketika hendak membunuh, kau harus kuat atau itu akan membuatmu menderita. Dia menyadari bahwa saat ini dia dapat menggunakan kekuatan ibunya. Mama Elena berdarah dingin, membunuh dengan satu serangan. Namun, itu pun tidak selalu. Mama Elena membuat pengecualian terhadap Tita. Dia telah mencoba membunuh Tita ketika dia masih kecil, dan masih membiarkannya sekarat hingga sekarang. Pernikahan Pedro dan Rosaura membuat hati dan perasaan Tita hancur, seperti burung puyuh ini. Agar burung puyuh itu tidak merasakan penderitaan sepertinya, Tita bergerak dengan cepat dan tangkas, membunuhnya sebagai bentuk belas kasihan. Terasa lebih mudah dengan burung-burung puyuh selanjutnya. Dia berpura-pura setiap burung memiliki telur setengah matang tersangkut di tembolok dan dia berusaha mengakhiri penderitaan hewan-hewan itu, dengan memuntir lehernya secara sempurna. Semasa kecil, dia lebih memilih memakan telur matang sempurna daripada telur setengah matang yang dimasak Mama Elena dan harus dimakannya. Kerongkongannya tersumbat, sulit menelan makanan apa pun, hingga Mama Elena memberinya pukulan yang secara ajaib melenyapkan sumbat di tenggorokannya sehingga telur itu meluncur ke bawah tanpa masalah. Merasa lebih tenang, dia tidak kesulitan melengkapi langkah-langkah berikutnya.

Saking lancarnya, Tita merasa seolah Nacha sendiri yang berada dalam tubuhnya dan melakukan semua ini: mencabuti bulu, membuang isi perut, dan menyiapkan burung-burung itu untuk digoreng.

Setelah dicabuti bulunya dengan cara kering dan dibersihkan, kaki-kaki puyuh itu dijadikan satu dan diikat agar tetap indah setelah dipanaskan dalam mentega dan ditaburi garam serta merica untuk dicicipi.

Lihat selengkapnya