Two Regrets

Anisha Dayu
Chapter #12

Tanpa Sengaja

Suri menguap lebar. Rere yang duduk di pangkuannya juga ikut menguap. Hari ini ia tak masuk sekolah. Enak sih tapi rasanya ada yang kurang. Selama ini ia tak pernah sekalipun absen sekolah karena sakit. Kalau kata Jun, badan adiknya itu tahan banting. Penyakit yang pernah hinggap di tubuhnya paling-paling cuma masuk angin atau flu saja. Tentunya semua itu bakal sembuh setelah dia minum obat dan tidur cukup.

“Suri, ayo. Taksi online-nya udah datang, tuh,” ajak sang ibu.

“Ya, Ma,” sahut Suri sambil menyambar tas selempangnya. Hari ini ia akan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tangannya di rumah sakit setelah mendapat rujukan dari dokter klinik yang ia kunjungi tadi malam. "Rere, jaga rumah yang bener. Awas ngacak-ngacak barang," ucap pada kucing gendut peliharaanya sebelum menyusul sang ibu..

Sesampainya di rumah sakit, Suri mendadak menekuk muka. Ibunya yang melihat ini langsung tertawa.

“Aduh, panjang amat antriannya.” Suri mendumel panjang ketika melihat namanya terdaftar sebagai pasien keempat puluh di layar monitor.

“Ya udah. Kamu duduk aja sini sebelah mama. Kalau kamu ngantuk tidur lagi juga bisa,” ucap sang ibu sambil menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.

Suri menurut sambil merengut. Sambil menyelonjorkan kaki, ia pun menyamankan punggungnya di sandaran kursi tunggu rumah sakit. Karena bosan, ia pun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruang poli ortopedi. Sebagian pesan pasien di sana merupakan pasien patah tulang, ya meski ada sebagian kecil pasien dengan penyakit-penyakit tulang lain. Melihat mereka, seluruh persendian tulangnya mendadak linu.

“Kamu kenapa, Suri?” tanya sang ibu saat mendapati Suri meringis berkali-kali. Seingatnya tadi pagi ia sempat memberikan anaknya itu obat pereda nyeri yang telah diresepkan oleh dokter klinik.

Suri memandang ibunya ngeri. “Ka-kalau tangan Suri patah gimana, Maaa?”

“Nggak, Sayang. Udah kamu jangan mikir macam-macam.” Sang ibu memberikan senyum menenangkan.

Gadis itu menghela napas pasrah dan memilih untuk duduk tenang sembari menunggu antrian. Lima belas menit kemudian ia mulai bergerak gelisah. “Ma, Suri haus, nih,” katanya dengan nada memelas.

Lihat selengkapnya