"Siapo be yang tadi? dua minggu dak jingok-jingokan kau sudah ado wong be, Li." Sebuah pertanyaan yang sarat akan keingintahuan terdengar ditelinga saat Lili berhasil membuka daun pintu rumah.
Lili menutup satu bagian daun pintu yang dibukanya tadi menjadi rapat dengan yang lainnya seraya menatap sesosok cewek yang muncul dari balik gorden putih jendela disamping pintu. Dan, wajah sepupu yang paling disayangi Lili muncul disana dengan bandana kelinci berwarna merah muda. Renata yang sedang memegang gelas berisi jus jeruk itu kembali bertanya tanpa suara sambil menaik-turunkan kedua alisnya bersamaan.
"Kirain udah lupa jalan kesini, Ta." Lili berkata demikian alih-alih menjawab pertanyaan super kepo dari sepupunya itu.
Renata, cewek cantik keturunan Palembang asli merupakan sepupu Lili yang baru 'ditemukan' ketika ia menginjakkan kaki di tanah Sumatera selatan ini. Kepribadian Renata yang supel membuat cewek itu langsung bisa mengakrabkan diri dengan Lili. Dan, Renata juga yang merupakan pelopor dan manusia cukup berpengaruh dalam transisi Lili menjadi seperti sekarang. Lili sempat mengira pada saat awal pertemuan mereka, Renata akan mengejek dan menolak untuk bertegur sapa dengannya seperti anak-anak di sekolahnya dulu. Tetapi, anggapan itu langsung terpatahkan ketika Renata memberikan senyum dan menawarkan perkenalan. Memang, sejak dulu Renata suka menginap di rumah ini karena cewek itu yang juga merupakan anak tunggal dan kedua orang tua yang sibuk kantoran. Hanya saja, sejak mereka mulai SMA di tempat yang berbeda dan tidak satu sekolah lagi, kesibukan merampas sebagian waktu kebersamaan mereka. Melalui Renata jugalah Lili mengenal Nu. Yasnu. Cowok tinggi berwajah ramah itu benar-benar membuat Lili memujanya. Bersama Renata dan Nu, Lili mengenal sebuah pertemanan dan persaudaraan. Dan juga... cinta.
"Lebay kan, kan," Renata memutar bola matanya dan mengekor Lili yang naik ke lantai dua menuju kamar cewek itu. Sebelumnya, Renata berlari cepat menuju dapur untuk menaruh gelas yang sejak tadi dipegangnya. Renata tadi turun dari kamar Lili karena kehausan, namun ketika baru menuangkan jus jeruk-nya ke dalam gelas, telinganya mendengar deruan suara motor dan langsung yakin kalau itu adalah Lili dan juga Nu. Makanya, dengan masih memegang gelas tersebut, Renata langsung berlari terbirit mengintip ke jendela. Namun, wajah baru muncul disana, membuatnya tidak tahan untuk tidak bertanya langsung. Setahu Renata, sepupunya itu sedang tidak dekat dengan siapapun—dan ini dibenarkan oleh Nu tiap kali Renata menanyakan perihal Lili pada Nu melalui pesan singkat daring—jadi tentu saja di dalam kepala cewek itu kini bersarang pertanyaan-pertanyaan dadakan. "Jadi...?" Renata kembali melempar pertanyaan dengan nada bernyanyi.
"Temen sekelas." Jawab Lili sekenanya. Cewek itu berjalan meletakkan tasnya di atas meja belajar, kemudian menghempas tubuhnya di atas ranjang.
Renata mengikuti disebelah Lili. Kepalanya menoleh menghadap Lili yang sedang memerhatikan kesepuluh kukunya yang ia layangkan diatas kepala.
"Mon maap ya, tapi setahu gue elo sama sekali bukan tipe cewek yang mau dianter pulang dengan 'teman sekelas'."
Kegiatan memerhatikan kuku tangan itu terhenti, Lili mengempas kedua tangannya di ranjang dengan kepala menoleh membalas tatapan mengejek Renita—yang kini sedang memeletkan lidah kepadanya.
"Ye emang temen sekelas kok. Tanya aja sama Nu kalo nggak percaya." Respons Lili berusaha terlihat seperti sambil lalu.
"Ahya, kok nggak bareng Nu? Padahal gue udah bilang kalo gue ada disini, dan weekend kita bisa kumpul di basecamp kayak biasa."
Mengingat Nu membuat Lili kembali mendesah pelan. Kalau bukan kerena praduga Nu itu, maka Lili tidak akan duduk di boncengan motor Fajir tadi, dan juga dia tidak akan mengobrol dengan cowok itu. Ah satu lagi, Lili tidak akan keceplosan soal toko 0004 yang tadi mereka lewati pada saat Fajir hendak mengantar Lili pulang. Tanpa sadar Lili menggoyangkan kedua kakinya dan bergumam frustasi.
"Ngapo dio ni wong?" tanya Renata heran.
Lili tersadar, kemudian menggeleng kaku. "Nggak. Omong-omong, Opa bakal marah kalo denger kita jadiin toko kesayangannya itu sebagai basecamp."
Ketika Renata mendeklarasikan kalau toko 0004 adalah basecamp Nu, Renata dan dirinya sejak SMP dulu, cewek itu tidak main-main. Berbeda dengan Lili yang masih menahan rasa dan sedikit tidak enak hati, maka Renita adalah pribadi yang masa bodo—mungkin juga karena Renita sudah hidup dengan Opa dan almarhumah Oma mereka sejak kecil makanya sepupu Lili itu sama sekali tidak merasa tidak enak ketika tiap kali mereka ke 'basecamp' Renata selalu minta dibuatkan pempek dan teman-temannya kepada para pegawai disana.
"Opa terlalu sayang sama kita, Li." Ucapnya percaya diri. Cewek itu memandangi kuku tangannya yang dikutek warna coklat dengan sedikit mengikis memainkannya seraya melanjutkan, "Jadi, kemana si Nu?"
"Pulang duluan. Dia ada kumpulan KIR tadi sama Niken."
"Niken temen semeja elo?"
Lili mengangguk. "Nu nggak tau kalo gue piket dan balik sama Niken."