Lili

Ria Rahmawati
Chapter #10

#09

Suasana kelas semakin kacau karena Miss. Chatrine yang mengumumkan kalau hari ini pelajarannya diliburkan—diganti dengan persiapan pemeran pentas bahasa yang akan menjadi perwakilan kelas. Ada beberapa improvisasi perihal naskah mentah drama bertajuk Cinderella itu karena Miss. Chatrine tadi menambahkan drama yang harus di mainkan berkisar di tahun milenial, bukannya beribu tahun yang lalu. Sehingga beberapa anak—yang kebanyakan siswi perempuan itu—mulai membentuk kerumunan dengan satu laptop milik Gilda di atas meja.Lili sibuk menahan napas ketika mencium wangi parfum Fajir yang mengerogoti indera penciumannya, sedangkan cowok itu sedang duduk santai dengan satu kaki terlipat di atas paha kaki lainnya tepat di kursi yang di geser hingga dempet dengan kursi yang Lili duduki.

"Lili, say hi dong! Lempeng amat mukanya, jan grogi dong duduk di samping pangeran." Ares membawa HP-nya merekam ke arah Lili dengan cengiran lebar yang tak lepas dari wajahnya.

Sudah sejak lima menit yang lalu Ares melakukan tur 'vlog dadakan'-nya itu karena cowok itu ditunjuk sebagai seksi dokumentasi oleh Miss. Chatrine. Atau, lebih tepatnya ia yang menawarkan diri untuk itu. Tetapi yang ada sekarang Ares malah berlagak bak seorang vloger.

Lili mengukir senyum dipaksakan, "Eh jangan sembarangan dong, siapa juga yang grogi!" gerutunya.

"Lah, kau diam bae," ucap Ares santai masih dengan membawa fokus matanya kepada HP cowok itu. Kemudian Ares membawa HP-nya bergeser sedikit untuk merekam cowok yang sejak tadi duduk santai sambil bergendang-gendang pada meja di depannya. "Elo juga Jir, nggak usah mepet banget kali duduknya sama Lili. Cari kesempatan bener dih."

Fajir mengangkat alis, "Sempit, nyet. Ini duduk aja udah kayak naik KRL."

"Lo udah gue suruh geser ke samping gue, Jir. Tapi malah makin mepetin yang onoh." Timpal Dipo.

"Tau nih alumni anak Jakarta sukanya narik gas aja." Saut Ares. Kemudian dia tampak berbicara sendiri dengan HP yang ia pegang, "Jadi gaes, cinderella ini emang udah lama gitu di cari sama pangeran Fajir. Bahkan dia sampe jauh-jauh naik burung garuda ke Palembang demi menemukan pujaan hatinya ini. Maklumin ya gaes kalo pangerannya rada agresif manjah gimanah gituh. Ulalah~" imbuh cowok itu dengan memakai gaya bicara salah satu artis ibu kota.

Fajir menggeleng pelan, barulah dia menggeser sedikit tubuhnya dari samping Lili. "Sori, gue nggak tau kalo lo kesempitan."

Lili meringis kecil, "Err, oke."

Ditempat lain, Gilda, salah satu penghuni kelas XI S1 yang juga merupakan bendahara kelas itu ditunjuk sebagai narator dan ketua kelompok untuk kelas mereka. Alhasil, cewek berkacamata dengan rambut bob yang menanamkan nilai-nilai perfectionis dan ambisius dalam kehidupannya itu mulai menjadi bossy dan menunjukkan kewenangannya dengan menginteruksi semua orang yang terlibat dalam drama ini untuk duduk bersisian. Dari mulai pemeran Ella (Cinderella) sampai kepada pengawal-pengawal yang ditunjuk tadi.

"Res, lo bukan disuruh jadi youtuber sama miss. Keket. Daripada ngabisin memori HP dengan video nggak berguna gitu, mending lo moto-motoin aja deh." Gilda yang sejak tadi sibuk berkutat dengan beberapa teman untuk mengunduh pdf naskah mentah drama Cinderella di halaman pencarian, menoleh. Mata tajam di balik kacamata itu menatap Ares dengan jengkel.

Ares langsung diam. Cowok biang rusuh itu memang selalu langsung mendadak diam tiap kali Gilda mengomelinya. Tidak hanya Ares, bahkan seluruh siswa-siswa di XI S1 yang tidak tahan ocehan dan lebih memilih mingkem daripada harus berdebat dengan cewek yang sering ditunjuk untuk mengikuti olimpiade Ekonomi itu. Ares melirik Gilda yang telah kembali membawa fokusnya pada laptop sekilas, lalu mendesah napas lega dan kembali mengarahkan kamera HP-nya kearah dirinya dan berbisik, "Oke gaes udahan dulu ya. Si emak kos S1 udah berkoar, nggak tahan Aliando dengerinnya. Bye!"

"Ares tu kelakuan ada-ada aja ya. Selalu bisa bikin orang jengkel sama dia, tapi nggak bisa marah." Gumam Rani sambil menggeleng pelan.

"Apaan Gilda tu makan ati mulu bawaannya."

"Yee, dia mah emang PMS tiap hari!" sela seorang siswa cowok yang juga duduk disana. "Cewek tu kayak Niken. Cantik, baik, lemah lembut, makanya dia yang jadi pemeran ibu peri. Ya, Ken, ya?" ucap cowok itu menghadap ke Niken yang duduk di sebelah Lili. Opi, memang terkenal sudah menyukai Niken sejak kelas 10 tahun kemarin, tetapi cowok itu tidak pernah menyatakan cinta pada Niken karena masih sedikit ragu. Niken baik, tapi baiknya ke semua orang.

Niken tersenyum kecil, "Gue nggak segitunya kali Pi," kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu Lili sambil merangkul lengannya, "Lili tuh yang lebih cantik, lebih baik dan lemah lembut kok... iyakan semua?"

Kembali Lili meringis, "Ken, lo apasih, nggak sebanding kali elo sama gue—"

Lihat selengkapnya