"Jam penerbangannya nggak salah kan?"
Lili dan Renata menggeleng bersamaan.
Mama mengambil tas ransel milik Lili dan membantu cewek itu memakainya sambil berkata. "Hotel bener udah di pesen?"
"Udah, Mam."
Mama mengangguk. "Sampe sana udah malem, langsung pesen taksi online ke hotel. Nggak usah kelayapan dulu, ngerti?"
Lili dan Renata saling pandang, lalu mengangguk. "Iya."
Ketiganya lantas berjalan ke teras rumah. Diluar, Opa sudah masuk ke dalam mobil hitam dengan kaca bagian kemudi yang terbuka setengah. Pria baya itu menunjuk jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "Yuk, nanti telat check in. Kalian tau bae jam sore dak kalah macet dengan jam pagi."
Setelah sekali lagi berpamitan dengan Mama (mencium tangan, dan cipika-cipiki) Lili dan Renata kemudian berjalan ke mobil yang sudah terparkir di luar pagar rumah. Keduanya melambaikan tangan kepada Mama yang disambut dengan lambaian serupa ketika mobil berjalan pergi.
Lili menutup kaca mobilnya dan mengempaskan punggung pada jok. Cewek itu mengeluarkan HP miliknya dari dalam saku ransel bagian depan ketika merasakan benda elektronik itu bergetar disana. Sebuah pesan dari nomor kontak yang sama dengan yang beberapa hari ini menjadi teman chatnya.
"Coba sini liat!" kata Renata tahu-tahu sudah mengambil alih HP Lili. Rambut panjangnya yang dibiarkan terurai nampak mengibas mengenai layar HP ketika tahu si empunya hendak merebut HP itu lagi. Cengiran lebar dengan gingsul di sebelah kanan terlihat di wajah cantik Renata saat cewek itu berhasil mematahkan setiap jalan sepupunya untuk meraih HP yang ia pegang. Dengan penuh rasa penasaran, Renata membawa pandangannya ke layar. "Udah gede Lili udah bisa chatingan sama cowok. Gitu dong!"serunya riang.
"Tata!" Lili membeliakkan mata, melirik ke depan dengan takut-takut. Dan, ketakutannya bermuara ketika Opa—melalui rar mirror—menatapnya dengan kedua alis terangkat. Lili buru-buru mengilah. "Tata, jangan gosiplah. Masih pagi juga!"
"Abis lo ini minta di ghibahin banget tau nggak?" Renata tertawa. Tubuhnya condong ke depan memperlihatkan layar HP Lili yang kini layarnya dipenuhi dengan foto Fajir—yang diambilnya dari photo profile Whatsapp cowok itu—kepada Opa. "Gimana menurut Opa?"
"Nak Fajir?"
"Opa tauuuuu?!" teriak Renata histeris. Cewek itu memasang tatapan girang menatap ke arah Lili yang kini misuh-misuh di tempatnya, dan kembali menatap Opa dari samping. "Kok Opa bisa tau sih? Terus gimana menurut Opa?"
"Dia pernah main ke 0004," jawab Opa kalem. "Anaknya baik dan santun. Ganteng juga, mirip Opa waktu muda." Lanjutnya.
Renata terkikik geli sambil menyikut Lili dan berbisik. "Lampu ijo, lampu ijo!"
Lili memutar bola mata, ketika sepupunya lengah ia segera merebut kembali HP-nya dan menggenggamnya erat. Kemudian, menggeser tubuh Renata sedikit ke samping agar dirinya bisa berbicara dengan sang kakek yang kini ikut-ikutan menggodanya seperti yang sepupunya lakukan itu. Lili cemberut, "Aku dak pacaran samo dio."
"Siapo yang bilang kau pacaran?" tukas Opa sambil menahan senyum.