Di catatan kelima ini, kamu pasti sudah tidak sabar ingin mengetahui hal yang sebenarnya terjadi dalam hidupku, ya? Tenang saja, buku usang, akan kuungkapkan semua hukuman dari hidup itu sejelas-jelasnya.
Kalau dipikirkan lagi, lucu juga karena aku masih bertahan hidup hingga sekarang hanya karena lima alasan. Lima alasan yang mungkin kau anggap remeh, yang mungkin tak akan pernah kau mengerti mengapa bisa begitu berharga bagiku, sampai-sampai bisa menahanku tetap bernapas meski tak ada gunanya.
Meski begitu, ketika semua sudah terjadi, aku jadi mempertimbangkan ulang semua keputusanku. Apakah pilihanku untuk tetap hidup adalah hal yang benar? Aku yang dibenci oleh hidup karena tak bisa mencintainya seperti yang lain, tapi tetap bergantung dan memanfaatkannya demi keuntunganku sendiri.
Karena keegoisan semata, orang-orang yang menjadi jangkar hidupku malah ikut tersakiti. Untuk kali ini, aku tak mengerti cara hidup bekerja. Harusnya, jika memang hidup itu adil, siksa saja aku karena aku lah yang membuat gusar hidup, tidak usah ikut menyeret mereka yang kusayangi.
Aku yang bersalah karena tidak mensyukuri hal yang kumiliki. Lantas kenapa mengarahkan dendam itu kepada mereka yang tak berbuat salah pada hidup?
Kalau begini jadinya, aku juga menuntut keadilan. Kalau hidup bersikeras membuatku sengsara karena dendam, aku juga akan melakukan yang sama kepada orang-orang yang merenggut kebahagiaanku atas nama dendam.
Dion, satu-satunya sahabatku, kehilangan salah satu penglihatannya sebatas karena kesalahpahaman semata. Cowok-cowok yang sering menghinanya karena ia bersahabat dengan banyak perempuan sesungguhnya cemburu. Mereka tidak terima kenapa Dion bisa dekat dengan perempuan yang mereka sukai, padahal mereka hanya tak mau mengakui kalau kesalahan itu terletak pada diri mereka sendiri. Suruh siapa menjadi cowok sombong yang tak mau repot-repot memahami perasaan orang lain?
Mengapa mereka enggan memperbaiki kekurangan diri sendiri, dan malah menyimpan dengki kepada seseorang yang memang pantas mendapatkan hal baik?
Setelah aku cari tahu, inti dari penyerangan sepihak yang membuat Dion hampir mati sebenarnya aku sendiri. Salah seorang dari perundung itu menyimpan rasa untukku, sesuatu yang sebenarnya aku tahu karena dia pernah menyatakan perasaannya yang kutolak mentah-mentah.
Mungkin dia geram karena harga dirinya seperti diinjak-injak. Apalagi ketika tahu bahwa aku malah dekat dengan Dion, orang yang selama ini menjadi objek perundungan karena dianggap kurang laki.