Bab 2
Tidak Sendiri
Aydan Riyadhi berdiri sebagai imam shalat dengan khusyu. Di belakangnya, Badar Riyadhi, ayahnya bersama ketiga saudara Aydan; Karim, Caleb dan Fauzi berdiri menjadi makmum. Di belakang mereka, Naurel Riyadhi, ibunya berdiri sebagai makmumah. Kelima orang itu duduk membaca tahiyat akhir, lalu, Aydan mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, diikuti yang lainnya.
Kelima orang itu bersalam-salaman. Mereka hendak bangkit, tapi Aydan menahan mereka. Semua menatap Aydan dengan rasa penasaran.
Aydan menundukkan kepala.
“Sepertinya, saya tidak akan pergi ke Inggris sendiri…”
“Loh? Apa maksudmu tidak jadi ke Inggris? Ini adalah hal yang paling kamu inginkan dalam hidupmu,” kata Badar.
“Tidak, jika sendiri. Hal yang saya paling inginkan adalah…”
“Katakan saja, Aydan…”
“Saya ingin menyempurnakan fitrah saya sebagai laki-laki.”
Keluarga Bakir duduk berkumpul di taman belakang bersama empat orang calon menantu. Membicarakan ketelatenan Wardah dalam merawat taman yang begitu cantik.
“Karena Mama merawatnya dengan penuh cinta... Apapun yang kita kerjakan, jika didasari dengan cinta, pasti berkembang dengan baik.”
Amira duduk di ujung bangku, pikirannya menerawang. Keluarganya dan empat calon menantu ngobrol panjang lebar. Tanpa suara.
Perlahan terdengar lagi suara ibunya. Tangan ibunya itu menunjuk serumpun tanaman bunga mawar merah. “Kalau kembang favorit Mama, mawar merah yang itu... Dulu bunganya suka dicabutin sama Mira…”
Amira terbang ke ingatannya di masa lalu...
Di ruang tengah, Lisa Kecil dan Karim Kecil sedang sedang nonton film animasi. Di dapur, Dira Kecil ngumpet-ngumpet buka lemari makanan, membuang batang sendok kayu dan cangkir es krim yang kosong begitu saja, lalu mengambil coklat dari lemari itu. Caleb Kecil menerima sepotong coklat dari Dira Kecil. Di tangga, Manda Kecil duduk sambil memegang buku komik yang terbalik. Matanya meneleng ke atap rumah, menghayal. Tara Kecil main boneka Ernie di teras taman belakang. Sementara Fauzi Kecil memainkan boneka Bert.