Lima Pusaka Bunda 1987

Meliyana Jia
Chapter #4

3. Permintaan Azizah

Azizah tidur seranjang dengan Salmah yang berada di pinggir ranjang sementara dirinya di bagian ranjang yang menyatu dengan dinding kamar. Sedangkan Adam, Jamila dan patih berada di kamar lain, begitu juga dengan Nilam. Azizah membalikkan badannya yang tadinya menghadap dinding. Malam sudah larut, tapi ia belum bisa tertidur. Tidak seperti biasanya, seperti ada yang sedang dipikirkan.

Azizah memandang Salmah yang terlelap pulas menghadapnya.

"Zi pengin kayak Kak Salmah, Kak Adam, Kak Jamila, sama Kak Patih yang disayang sama Bunda. Gimana caranya, ya? monolog Zi, pelan.

"Tapi Zi bakal perjuangkan kasih sayang Bunda."

"Zi punya salah apa, ya, sama Bunda?" lirih Zi kemudian menghela napas berat.

Azizah berpindah posisi kini menghadap langit-langit kamar yang gelap.

"Zi sayang sama kalian ...," lirih Zi.

"Zi pengin sekolah tahun ini, tapi Zi nggak mau memberatkan Bunda. Zi nggak akan paksa dan Zi berusaha ngertiin Bunda. Gapapa, deh, kalau Zi belum bisa sekolah, Zi liat Kak Adam bisa daftar SMA tahun ini aja udah senang kok."

"Tuhan, sebenarnya Zi nggak pernah minta apa-apa selain perhatian Bunda." Air mata Azizah membendung di pelupuk matanya. Di rumah dan keluarganya sendiri, ia bahkan tidak bisa merasakan bagaimana rasanya disayangi orang tua. Untung saja Salmah bisa mewakili perhatian untuknya.

Azizah anak yang baik, kuat dan sabar. Ia menahan air matanya agar tidak menetes saat itu juga. Namun, isakannya terdengar pelan, hingga Salmah menggliat lalu terbangun.

Salmah terkejut melihat Azizah yang menahan isaknya. "Zi, kamu nangis? Ada apa?"

Azizah dikejutkan dengan suara Salmah, ia merasa bersalah sudah membangunkan kakaknya.

"Kak Salmah maafin Zi, Kak Salmah jadi terbangun."

"Gapapa, Zi. Kamu kenapa kok nangis?" khawatir Salmah.

"Gapapa, cuma mimpi buruk," elak Azizah. Ya, ia menganggap semua ini adalah mimpi buruk yang akan segera berakhir.

"Ya ampun, ya udah, yuk tidur lagi, sini Kakak peluk," ujar Salmah sambil mendekat ke Azizah dan memeluknya adik kesayangannya.

Azizah terharu sekali dengan Salmah, ia tersenyum simpul berteoatan dengan air matanya yang menetes, tapi langsung ia seka dengan cepat.

"Zi bersyukur sekali punya Kak Salmah," ujar Azizah membalas pelukan Salmah.

"Kakak lebih bersyukur punya kamu," kekeh Salmah.

Hingga akhirnya Azizah mulai terlelap dalam dekapan sang kakak.

***

"Bunda," panggil Salmah yang baru saja meneguk segelas teh yang dibuatkan Nilam.

Nilam yang sedang membuat roti selai cokelat itu menatapnya sejenak. "Kenapa?"

"Bunda beneran nggak daftarkan Zi?" tanya Salmah berusaha meluluhkan hati Nilam.

Nilam memberikan roti yang sudah teroleskan selai di dalamnya kepada Salmah.

"Terus kalau dia sekolah, kita makan apa?" tanya Nilam mengingat kondisi ekonomi mereka yang papasan.

"Apa tahun depan Zi udah bisa sekolah?" tanya Salmah.

Lihat selengkapnya