Lima Pusaka Bunda 1987

Meliyana Jia
Chapter #5

4. Rupa Ayah

Salmah berdiri di depan pintu kamarnya sambil menatap pintu seberang yang masih terbuka, yang menandakan penghuni kamar kakak-kakaknya belum lengkap. Ia berniat menunggu salah satu kakaknya untuk berbicara sebentar, yang kebetulan Patih yang datang dari arah kamar mandi.

Salmah menarik tangan Patih.

"Kenapa, sih, Sal? Mau tidur, ngantuk," gerutu Patih. Baru saja berbelok hendak masuk kamar, tangannya ditarik Salmah menuju kamar adiknya.

Patih menatap isi kamarnya, tidak ada Azizah, bagus lah, melihat wajahnya hanya akan memancing emosinya.

"Ada apa?"

"Salmah mau tanya sama Kak Patih."

"Nanya apa?" Kening Patih berkerut.

Salmah berdeham panjang sebelum berujar, "Kak Patih, wajah ayah gimana, sih? Kak Patih tau, kan? Tapi kok Salmah nggak dikasih lihat wajah ayah?"

Patih menyatukan alisnya sejenak. "Kamu tau kok, mungkin lupa, soalnya waktu itu masih kecil banget dan kalau mau tau wajah ayah, minta fotonya sama bunda."

Patih berdecak dan menghembuskan napas kasar. "Kakak nggak mau ingat kejadian itu, kalau kamu mau tau, kamu akan benci dengan Zi. Itu alasan Kak Adam, Kak Jamila, Kakak, dan Bunda benci sama dia."

"Memangnya Zi salah apa, Kak? Kenapa Zi disalahkan? Padahal waktu itu Zi belum lahir, kan?" Azizah hanya sekadar tau bahwa ayah meninggalkan mereka pada saat dirinya berusia satu tahun, begitu yang dibilang Nilam. Salmah tidak diberitahu detil alasan apa yang membuat ayahnya pergi.

"Kamu kenapa mendadak nanya gitu?" ujar Patih kala hendak membalikkan badan keluar dari kamar, tapi tidak jadi.

"Karena Salmah dan Zi pengin lihat wajah ayah."

"Dia nggak perlu lihat wajah ayah. Dia nggak ada hubungan apa-apa dengan Ayah," lirih Patih tegas.

"Tapi Zi juga anak ayah."

"Terserah kamu. Kakak nggak suka sama dia." Patih berbalik kemudian keluar dari kamar begitu saja menyisakan kebingungan yang melanda Salmah.

Namun dari bawah kolong kasur, Azizah merangkak keluar dengan wajah sembab siswa air mata yang sudah ia seka begitu mendengar percakapan mereka di bawah ranjang. Ia tau ungkapan terakhir Patih sebelum beranjak adalah tanda jika ada dirinya, mungkin percakapan Salmah dan Patih tidak akan lancar karena kehadirannya.

"Zi ...." Salmah langsung memeluk adiknya yang tampak habis menangis. Salmah tau Azizah pura-pura kuat, itu selalu.

"Gapapa, Kak," balas Azizah tersenyum tipis.

***

Azizah sedang merapikan pakaian dalam lemari di kamarnya, ia baru saja selesai mandim tampak dari rambutnya yang belum kering. Samar-samar mendengar keributan dari arah ruang makan. Ia pun menghentikan kegiatannya sejenak. Ia bergegas menyelesaikan susunan pakaiannya yang sedang berantakan tersebut dan menutup pintu lemari lalu melangkah keluar dari kamar menuju sumber suara.

Lihat selengkapnya