Lima Pusaka Bunda 1987

Meliyana Jia
Chapter #10

9. Ketulusan

"Kak Salmah, ada apa sama Kak Patih?" tanya Azizah begitu Salmah menutup pintu kamar dan masih bergeming sejenak.

"Gapapa, Kak Patih kayaknya cuma mimpi buruk." Salmah berusaha tersenyum sambil menutupi kekecewaannya.

"Syukurlah," ucap Azizah lega.

Salmah kemudian melangkah ke sebelah Azizah yang berada di tepi ranjang.

Azizah terkejut kala Salmah mendadak memeluknya dengan dagu yang ia topang di pundak Azizah. Dengan bingung Azizah membalas pelukan Salmah.

"Kak, kenapa?"

"Gapapa, Zi," ujar Salmah berusaha kuat di depan adiknya. DIpeluknya erat sambil meluapkan perasaannya, ia memperlihatkan pada dunia seberapa sayang ia dengan Azizah. Tapi kenapa hanya ia yang peduli? Salmah selalu bertanya-tanya tanpa mendapatkan jawaban yang masuk akal hingga saat ini.

Namun, ada seseorang yang belum pernah bertemu dengan Azizah sejak lahir, eyangnya, ibu dari Nilam yang kini tinggal di Ibu Kota bersama salah satu anaknya. Salmah pikir, eyang akan sayang pada Azizah begitu mengetahui dirinya punya cucu satu lagi. Ya, suatu saat Salmah akan membawa Azizah bertemu eyang. Mulai sekarang ia akan menabung untuk bertemu eyang bersama Azizah tanpa sepengetahuan siapa pun.

***

Di sekolah Salmah bawa bekal yang dibuatkan Azizah untuknya, sementara Nilam sibuk memasak dan membuat kue jualannya, jadi Azizah selalu membantu Nilam menyiapkan kebutuhan kakak-kakaknya, walau sering kali ditolak kecuali Salmah yang menerimanya dengan tulus.

Salmah melahap roti selai cokelatnya dengan nikmat, lezat rasanya. Ia berada di kelas sendirian, semeentara teman-teman sekelasnya sudah menyerbu kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan. Beberapa juga memilih bermain di lapangan tanpa sarapan.

Salmah dan kakak-kakaknya juga selalu mendapat uang jajan dari Nilam. Uang ini tidak akan ia gunakan walau demi kebutuhannya, ia akan menabungnya untuk membeli tiket kereta bertemu dengan eyangnya.

Salmah ingin memberikan kebahagiaan untuk adiknya, karena selama ini adiknya selalu ada untuknya dalam hal apa pun. Salmah ingin Azizah bahagia karena belum pernah merasakan kasih sayangnya seorang ibu, setidaknya eyang juga lah seorang ibu.

Salmah baru saja menghabiskan bekalnya yang kini ia tutup dan simpan kembali ke dalam ranselnya. Kemudian beberapa teman Salmah yang habis bermain di lapangan menghampirinya.

"Salmah, Kantin, yuk!" ajak Sifa yang mengelap keringatnya karena terjemur sinar matahari.

"Lapar, nih, Sal, yuk!" sambung Hasna.

"Maaf, nih. Aku udah makan bekal tadi, jadi aku nggak ikut, ya," cengir Salmah.

"Oh gitu," gumam Sifa.

"Ya, nggak makan pun ayo temanin kita ke kantin," ujar Hasna merangkulnya lalu mengajaknya ke kantin bersama.

Salmah terkekeh dan menerima ajakannya. Tidak masalah sekali pun hanya menemani.

"Ayo!" seru yang lainnya.

Sepulang sekolah, Salmah langsung mengeluarkan uang jajannya yang tidak terpakai sedikitpun, dengan senyuman yang mereka, ia menaruh uang tersebut ke sebuah kaleng yang sudah berkarat. tapi masih bisa dipakai untuk menyimpan barang. Ia menaruh dan menyimpannya baik-baik di bawah ranjang agar tidak ada yang melihatnya.

"Kak Salmah, ngapain?"

Lihat selengkapnya