“Cinta? Apa itu cinta? Yang kita butuhkan sekarang hanyalah kestabilan. Kau berdamai dengan ayahmu, sementara aku … sebuah kesempatan hidup—tak ingin mati konyol di tanganmu.” –Jiji–
***
Mike akhirnya membebaskan Angie tanpa syarat. Baginya, tak ada guna menyekap gadis tak menarik sepertinya. Dia bisa menemukan yang serupa gadis itu di jalanan, bahkan jauh lebih menarik dengan tubuh berisi dan tinggi besar, bukan mungil seperti tak punya daya.
Tidak keren bagi dirinya, yang akan menjadi pewaris organisasi, memiliki pendamping seorang perempuan tak berdaya. Pasti nanti akan sangat menyusahkan. Wanita yang akan menjadi istrinya haruslah seperti sang ibu, tinggi semampai dengan otot kokoh dan selalu membawa senjata ke mana pun pergi.
Di antara dirinya, sang ayah, dan ibu, hanya sang ibu yang tak membutuhkan pengawalan ke mana pun dia mau. Hal itulah yang membuat Mike begitu mengidolakannya.
“Tuan Muda, Tuan dan Nyonya menunggu Anda di ruang makan,” ujar seorang pria muda setelah mengetuk pintu. Mike menjawab panggilan itu dan bergegas turun untuk menikmati sarapan bersama.
Banyak orang mengira mereka adalah keluarga yang penuh ketegangan, karena demikianlah image yang telah dikenal semua kalangan masyarakat. Namun, semua itu hanyalah kedok demi segenggam hormat dari segelintir orang dan rasa takut dari lebih dari separuh penduduk dunia.
“Kulihat ada perempuan keluar dari kamarmu pagi tadi. Apakah dia kekasihmu?” tanya seorang wanita berambut merah dengan tatapan tajam, menyambut kedatangan Mike. Tampak jelas kalau tatapan khas mata elang Mike diwarisinya dari wanita itu.
Mendengar pertanyaan selugas itu, Mike nyaris tersedak. Namun, dia berusaha tenang agar kedua orang tuanya tidak curiga dan bertanya lebih lanjut.
“Kenapa kau tidak mengantarnya? Kau tahu, daerah sekitar sini tidak aman, akhir-akhir ini.”
“Dia tahu jalan pulang. Lagi pula, dia bukan siapa-siapa,” jawab Mike, tetap enggan mengangkat wajah dan menatap lawan bicara.
“Tapi dia mengenakan kemeja yang kubelikan. Apakah kalian telah melakukan sesuatu?” Wanita itu bertanya lagi. Dia tak akan berhenti sebelum mendapat kejelasan dan tak mudah percaya, karena ini kali pertama Mike membawa seorang wanita ke rumah mereka yang lantas keluar dengan mengenakan kemejanya.
Bukan hal baru jika kedua orang tua Mike mempertanyakan kejantanannya. Dia tak pernah terlihat menjalin hubungan dengan wanita meski hanya sekadar one night stand, apalagi berpacaran.
Mereka sudah mulai resah, terlebih Mike sekarang sudah hampir menginjak kepala tiga dan belum memiliki pandangan masa depan dengan seorang wanita. Pikirannya hanya seputar bisnis dan organisasi. Sangat berambisi mengelola perusahaan dan bisnis sang ayah, serta memegang kendali organisasi hitam mereka.
“Kalau pun iya, percayalah, itu hanya untuk bersenang-senang,” jawab Mike, asal. Mengatakan kalau tak terjadi apa-apa meski mereka berada di satu kamar, tentu akan sangat memalukan baginya. Ayah dan ibunya pasti akan semakin curiga dan meragukan ‘kenormalannya’.