Ucapan Raden sebelum Bu Rosalia masuk kelas benar-benar menamparku. Apa yang menimpa Aras hanya tuduhan, tak ada sesuatu yang dapat membuktikan bahwa ia pencurinya. Sekalipun Aras mengakui itu sebagai perbuatannya, tetap saja tak ada wujud nyata yang dapat menjelaskannnya.
Di samping itu, petunjuk tentang Si Pencuri flashdisk sudah ada satu. Ada yang masuk ke kelas ini dan membawa serbuk dedak halus. Walaupun sebenarnya secara umum siapapun yang masuk ke kelas ini bisa dikatakan tersangka, sekalipun anggota kelas XI APHP 1 itu sendiri, termasuk juga aku.
Tapi, mari persempit ruang lingkupnya. Aras kehilangan flashdisk setelah dari teaching factory dan flashdisk itu masih ada sebelum mata pelajaran PPHN berlangsung. Artinya seseorang mengambilnya ketika seluruh anggota kelas sedang ada di ruang teaching factory.
"Jadi, kau mau kita bertanya pada kelas sebelah tentang siapa saja yang lewat di koridor itu dan melewati ke kelas kita?"
Aku mengangguk menanggapi pertanyaan Raden.
Cowok itu menggumam sejenak. "Kau yakin ada yang memperhatikan hal seperti itu?"
Raden ada benarnya. Aku juga tidak yakin. "Coba saja," jawabku pada akhirnya. "Ah, tapi daripada kita sendiri yang menanyakannya, aku lebih suka bagi tugas dengan yang lain." Aku berujar sembari bangkit dari tempat duduk, menuju ke depan kelas dan membelakangi papan tulis, menangkupkan tangan dengan keras sebanyak dua kali sebagai tanda meminta perhatian.
Jam pelajaran Bahasa Indonesia selesai lebih awal, sepertinya Bu Rosalia ada urusan. Sedangkan guru mata pelajaran berikutnya belum tiba. Tadi guru tersebut sempat mengirim pesan padaku dan bilang kalau akan datang sedikit terlambat. Jadi diskusi kecil di pergantian jam kukira tak akan mengganggu.
"Ini tentang flashdisknya Aras. Aku punya rencana dan kita bagi tugas. Bangku Fai ke belakang," aku menunjuk barisan dekat dinding pembatas kelas dan koridor, "tugas kalian mencari tahu tentang siapa saja yang lewat di koridor ini antara pukul delapan sampai sepuluh dari kelas XI APHP 2. Bangku Vickry ke belakang," berikutnya menunjuk cowok di sebelah Fai, "dengan tugas sama namun cari tahu dari kelas XI ATU 3. Barisan berikutnya," kemudian menunjuk Rakna, "kumpulkan data tentang kelas yang melakukan praktik di jam yang sama. Yang lain, tugas menyusul."
Selesai bicara, seorang gadis yang di poni kanannya tersema jepit kecil dan duduk di tepat di belakang Vickry mengangkat tangan. Aku langsung mempersilakannya membuka kata.
"Untuk apa kita membantu seorang pencuri?" katanya mengajukan pertanyaan yang langsung kubalas senyum sinis. "Kenapa Bu Ketua lebih memihak Aras yang jelas-jelas salah daripada Zaki?"
Tanpa melunturkan senyum tersebut aku menjawab, "Sebelumnya, aku mau mengoreksi ucapanmu. Aku tak memihak siapa pun. Lalu, mengapa aku meminta kalian semua membantu Aras, padahal dia salah dan mengalami kehilangan karena kesalahannya sendiri?"