"Yang pertama, First In First Out."
Wanita tiga puluh lima tahun berdiri di depan papan, menggaris bawahi tulisan FIFO di poin paling atas dengan spidol biru di genggaman.
"Artinya, masuk pertama keluar pertama, bahan baku yang masuk pertama digunakan lebih dulu. Kemudian Last In First Out." Beliau lanjut menunjuk poin kedua. "Yang berarti masuk terakhir keluar pertama atau bahan yang terakhir masuk digunakan terlebih dahulu. Terakhir, Average Cost atau metode rata-rata. Bahan yang merupakan hasil kali kuantitas bahan baku yang dipakai dan harga pokok rata-rata persatuan."
Guru yang hari ini mengenakan outfit berupa terusan batik semata kaki dipadu padankan dengan blazer hitam tersebut bergeser tiga langkah ke kanan. Menunjuk lima baris tulisan yang terdiri dari huruf dan angka. "Di sini ada satu soal terkait dengan tiga poin tadi. Saya ingin kalian berpikir dan memecahkannya. Lima belas menit dari sekarang lalu saya akan tunjuk tiga anak secara acak untuk mengerjakan di depan. Atau, kalau ada yang selesai sebelum lima belas menit, boleh maju. Satu anak mengerjakan satu metode. Yang benar akan dapat nilai tambahan untuk ulangan harian bab ini."
Kelas hening selama Bu Risa menerangkan. Begitupun kini. Siswa-siswi di kanan kiriku tanpak menatap ke arah papan dan kertas coretan mereka bergantian. Aku tak mau kalah dan mulai mencoret kertas hitungan. Menulis soal lebih dulu sambil komat-kamit membaca.
Diketahui data bahan baku PT Ekaroti dua minggu pertama bulan Desember. Tanggal satu Desember masuk bahan baku sebanyak 80 kwintal seharga 100.000 rupiah per kwintal. Tanggal delapan Desember masuk bahan baku sebanyak 12 ton seharga 1.200.000 rupiah per ton. Tanggal lima belas Desember proses produksi membutuhkan bahan baku sebanyak 15.000 kg. Pertanyaannya, berapa harga pokok bahan baku yang dipakai produksi pada tanggal lima belas Desember jika dihitung menggunakan metode FIFO, LIFO dan Average Cost?
Menggunam sejenak. Jadi, soal ini minta tiga cara dan tiga jawaban? Aku menarik kesimpulan dan menyuarakannya dalam hati. Baiklah, mari mulai dari metode pertama!
Lima menit pertama aku berhasil mengerjakan metode FIFO dan setengah jalan menghitung menggunakan metode LIFO. Tapi seseorang maju duluan. Raden, cowok yang pandai menganalisis itu menunjukkan bukunya pada Bu Risa sebelum kemudian dipersilakan menuliskan jawaban. Tiga menit ia selesai lalu kembali duduk di bangkunya.
Lima menit berikutnya aku berhasil menyelesaikan hitungan ketiga metode di buku tulis. Memutuskan maju untuk menjawab metode kedua. Baru menulis 12.000 kg dikali 1.200 sama dengan 14.400.000, kurasakan kehadiran seseorang di sebelah kananku. Aras menulis di sana, menjawab dengan metode Average Cost.
Cepat sekali ia menulis padahal hitungan metode yang ia kerjakan lebih panjang daripada aku. Tapi kami selesai bersamaan.
Karena Raden, aku dan Aras sudah menjawab soal di papan, Bu Risa tak perlu lagi memilih muridnya secara acak. Setelah lima belas menit berakhir, beliau langsung mengecek jawaban kami bertiga.
Guru mata pelajaran PKDK—Produk Kreatif Dan Kewirausahaan—tersebut menghadap ke murid-muridnya setelah menyatakan bahwa ketiga jawaban di papan benar dan menerangkan secara singkat tentang penghitungan tiga metode tersebut. "Ada yang ditanyakan?" tanya beliau menatap seisi kelas.
Tak ada yang menyambut. Hening menyelimuti.
"Baiklah, jika tidak ada yang ditanyakan, besok kita kuis." Bu Risa mendekati bangku guru, duduk, mengemasi buku, map dan spidol di atas meja, memasukkan semuanya kedalam tas pundak, lalu kembali berdiri lantas mengucap salam. Tiga puluh detik kemudian, guru tersebut sudah melenggang ke luar kelas.
Satu per satu anggota kelas mulai bubar. Beberapa beranjak dari bangku dan saling mengumpul namun sebagian besar keluar kelas. Aku termasuk yang memutuskan keluar kelas untuk melaksanakan sholat dhuhur. Tetapi di perbatasan kelas dan koridor, seseorang menahan lenganku, mendekatkan mulut ke telinga sampai deru napasnya dapat kurasakan.
Suara bariton itu berbisik, "Pulang sekolah bareng aku saja. Nanti kutunjukkan sesuatu." Kemudian tanpa menungguku menjawab ia memiringkan badan sedikit dan melewatiku begitu saja.
Kejadian tadi berlangsung sangat singkat. Akupun tak ambil pusing dengan tindakannya dan segera bergegas ke masjid. Sambil melangkah, menjawab seruan azan dengan suara di ujung bibir yang hanya terdengar oleh diriku sendiri.