Limit: Rahasia Si Pencuri

Syafira Muna
Chapter #15

Benih Sawi

"Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap, datang seekor nyamuk, hap! Lalu di tangkap!"

Tidak perlu menoleh untuk melihat siapa yang menyanyikan lagu tersebut. Sudah terlalu sering mendengarnya. Sampai aku muak.

Lagipula, power point untuk presentasi di jam pelajaran kelima dan keenam lebih penting. Beruntung semalam mereka tak menungguku online dan mulai diskusi lebih dulu. Jadi pagi ini tinggal cek terakhir. Semua anggota kelompok dua memang bisa diandalkan. Khusus untuk Raden, hanya dalam hal menyalakan oven dan jualan.

"Pagi Hap Hap!" Cowok itu menyapa. Bangkunya lurus dengan Fai tapi ia malah ke mejaku, meletakkan tasnya di sana. "Masih lama, Hap? Aku mau mengajakmu kencan pagi, nih." Ia mengedipkan sebelah matanya.

"Yang lain sudah oke, tapi di bagian ini," aku menunjuk monitor laptop di hadapan Rakna, tepatnya di akhir kalimat kesimpulan, "belum ada titiknya. Setiap akhir kalimat harus ada titik sebagai penutup. Gunakan ejaan dan tanda baca yang benar." Bukan menghiraukan Raden, aku justru melanjutkan kegiatanku dengan Rakna.

Gadis yang kuajak berbicara terkekeh panjang. "Kau jeli sekali, Bu Ketua. Hal sekecil titik pun terlihat. Kau juga punya karakter yang tegas dan serius. Daripada Raden Mas Genit itu, kau lebih cocok jadi detektif." Rakna berujar sambil mengarahkan kursor ke tempat yang kumaksud kemudian menambahkan titik.

Meski tak paham apa yang mendasari perkataannya, aku menghargainya dengan senyum tipis. Lalu bilang kalau semua sudah beres dan memuji hasil power point yang dibuat Rakna agar dia senang. Kemudian setelah Rakna menutup jendela power point dan men-klik shut down, aku kembali ke tempatku. Berhadapan tepat dengan Raden yang menopang dagunya dengan tangan kanan menggunakan tumpuan meja.

Aku melengos malas sambil merotasikan mata. Lantas mengangkat dagu sedikit sebagai gestur tanda cowok itu kupersilakan bicara.

Raden tersenyum lembut. "Kencan pagi, yuk, Hap! Ke atap gedung kelas sepuluh, menyantap Si Pencuri." Kemudian ia melengkungkan bibir semakin lebar sampai kedua matanya menyipit.

Aku membelalakkan mata seketika. Paham benar maksud dari kalimat yang diucapkan Raden.

"Kagumnya jangan berlebihan gitu, dong, Hap. Iya, aku udah tahu triknya. Walau caranya mencuri sama sekali enggak pakai trik, sih. Jadi, ayo ikut! Masih lima belas menit lagi belnya!" ucap Raden lagi. Dia kekeh mengajakku.

Kedua rahang aku katupkan rapat-rapat. Jangankan menjawabnya, untuk mengiyakan pun bibirku kelu. Semua ini terlalu tiba-tiba. Namun aku sadar jikalau menolak ajakan ini, hal yang lebih buruk mungkin saja akan terjadi. Maka dari itu dalam diam aku bangkit berdiri.

Raden tersenyum puas. Melangkah lebih dulu keluar kelas. Sedangkan aku mengekor di belakangnya.

Dari kelasku, belok kanan melewati XI APHP 2 dan 3 lalu belok kiri. Tepat setelah perbelokan adalah deretan kelas X ATPH 1, 2 dan 3 kemudian tangga. Aku dan Raden menapaki tangga tersebut menuju lantai dua, mengambil langkah melewati deretan kelas di kanan kami sampai mentok. Di paling ujung, ada ruangan sempit tanpa pintu. Tangga besi menuju rooftop ada di sana.

Lihat selengkapnya