Lima belas menit lalu pesan dariku terkirim. Sekarang sudah dibalas "ya". Aku tersenyum puas.
Bodo amat dengan teror-teror dan ancaman cowok itu. Keadilan harus ditegakkan. Dan pengadilan Si Pencuri sama sekali tidak adil. Aku akan mengakhirinya hari ini.
Kumasukkan telepon pintarku ke dalam tas yang sebelumnya kuletakkan di meja guru. Acara angkat-mengangkat meja telah selesai. Aras yang lagi-lagi membantuku sudah balik tanpa bicara apapun. Kayaknya dia kesal. Atau marah? Entahlah.
"Ngomong-ngomong, trik murahanmu boleh juga."
Suara itu. Suara yang sangat kukenal. Membuat bulu kudukku seketika meremang.
Aku yang baru saja selesai menyandang tas ke pundak membalikkan badan. Di sana, lelaki tersebut berdiri bersandar pada meja Fai yang persis di sebelah lubang pintu. Dengan tangan kanan di ujung meja dan tangan kiri di dalam saku celana. Gayanya keren, tetapi senyum manisnya menakutkan.
"Dari awal, kau melilitkan tali merah itu ke lenganmu. Flashdisk itu ada di balik lengan kemeja putih yang kau kenakan. Supaya trikmu tidak terbaca, setiap benda itu merosot keluar lengan, kau memasukkan tangan ke dalam saku kiri jas sehingga seolah-olah kau menyimpannya di sana." Lelaki itu menatapku dengan tenang.
"Lalu untuk mencegah benda tersebut keluar dari lenganmu, kau memosisikan lengan seperti ini," tangan kirinya mengepal sedangkan tangan kanannya menangkup tangan kiri, keduanya diposisikan sejajar dada, "dan seperti ini." Ia menirukan caraku melipat tangan ke depan dada. Yakni tangan kanan ditekuk sembilan puluh derajat menempel ke perut atas dekat rusuk dan tangan kiri dilipat empat puluh derajat dengan puncak kepalan tangan menyentuh dagu.
Aku memang menerapkan posisi pertama saat presentasi dan posisi kedua saat duduk di bangku serta ketika berdebat dengan Aras. Buruknya semua itu dibongkar olehnya hanya dalam hitungan menit.
"Jadi, Dinar dan kau bekerjasama, begitu?" Lelaki di depanku memiringkan kepalanya sedikit. "Aku tahu kau sudah tidak beres sejak pertama kali kasus ini muncul. Maka dari itu aku mengawasimu. Tapi gadis manis itu," ia melangkah maju mendekatiku sampai jarak kami hanya tiga langkah, "aku sama sekali tidak menyangka," ujarnya pelan dengan sorot mata tajam.
Aku mundur selangkah untuk merenggang jarak. Namun seketika cowok itu maju selangkah. Aku mundur lagi. Ia maju lagi.
"Apa masalahmu, Hapsari? Aku tidak mengerti. Kalau kau ingin berhenti, berhentilah baik-baik dan patuhi peraturannya. Kalau kau masih ingin menjadi bagian dari kami, lakukan tugasmu dan jangan ikut campur dengan urusan anggota lain," katanya tegas. "Kau merupakan anggota terbaik. Kami akan sangat kehilanganmu jika kau memutuskan pergi. Tapi itu lebih baik daripada organisasi ini binasa. Ada begitu banyak hal yang bergantung pada keberadaan kami."
Aku menggeleng dua kali.
Itu tidak benar. Organisasi ini memang berdiri dengan tujuan menegakkan keadilan dan menciptakan kedamaian.
Tapi, haruskah dengan mencuri dari seorang pencuri? Mencuri dari seorang perisak? Mencuri dari seorang yang berperilaku tidak adil?