Limit adalah singkatan dari Let Intuition And Massive Idea Think. Merupakan organisasi tak resmi yang konon sudah berdiri puluhan tahun di Akademi Enigma. Limit mengakui diri mereka sebagai organisasi partikelir atau biasa disebut dengan Detektif Swasta. Namun karena anggota dari organisasi ini dianggap kerap bertingkah tak jelas, Limit menjadi dikenal sebagai organisasi orang aneh,
Pada kenyataannya, Organisasi ini memang di isi oleh Siswa dan Mahasiswa yang memiliki kemampuan kecerdasan Intuisi yang tinggi. Hal itu terbukti dari kondangnya mereka dalam memecahkan berbagai macam kasus yang terjadi, baik di Enigma Academy atau bahkan di Kota Kutai Jaya itu sendiri. ada sebuah gosip yang beredar di kalangan Siswa hingga Mahasiswa Akademi, Teror Manusia Hewan yang mengancam keamanan Kota Kutai Jaya puluhan tahun lalu, dulunya dipecahkan oleh para anggota Limit.
Namun Gosip hanyalah sekedar buah bibir. Tak ada yang pernah tahu kebenaran ceritanya. ditambah dengan rasa ketidaksukaan seisi akademi pada para Anggota Limit, cerita itu perlahan – lahan menjelma menjadi sebuah legenda yang nyaris ditelan waktu.
****
Di sebuah senin pagi, aktifitas Enigma Academy berjalan seperti biasanya. Upacara bendera sudah usai beberapa jam yang lalu, membuat para Siswa SMP & SMA sudah berada di ruangan kelas mereka masing – masing dengan berbagai macam materi pelajaran yang siap untuk dijajal.
Lain lagi para Mahasiswa, aktifitas mereka begitu beragam. Ada yang sudah duduk di bangku kelas semenjak para Siswa SMP-SMA tengah melangsungkan upacara. Ada pula yang masih wara – wiri di kantin hanya sekedar untuk sarapan. Namun yang paling menarik perhatian adalah sekumpulan Mahasiswa yang tengah berkerumun di berugaq yang berada di sudut kampus.
Meski ramai, perkumpulan itu agak sedikit tenang. Bahkan beberapa di antara mereka berbicara satu sama lain dengan memelankan suaranya. Rupanya perkumpulan itu tengah menyaksikan mahasiswa lain yang tengah bermain Judi kartu Jendral.
1 di antara 4 pemain, duduk seseorang dengan barang jarahan judi berupa photocard idol korea yang begitu banyak di sisinya. Kini, dialah yang menjadi pusat perhatian, baik dari pemain maupun para penonton.
“Dia anak dari Organisasi itu kan ?” bisikan salah seorang penonton terdengar samar kepada orang yang di sampingnya.
“Iya, Si Adit, gila dari tadi menang – menang mulu. Lu liat barang jarahannya tuh, iri gue.”
Adit atau Aditama Prasetya, Mahasiswa perguruan tinggi Enigma Akademi Jurusan Hukum Negara Semester 4. Adit memang terkenal akan kemampuan sekaligus kehebatannya dalam berbagai permainan strategi. Saat SMA, Ia pernah mewakili Enigma Academy dalam kejuaraan catur international dan menyabet Medali Perak. Hanya saja Ia merasa tak puas karena Medali Emas yang menjadi incarannya gagal Ia dapatkan.
“Ayolah, masa gue aja nih yang menang ?”
Namun di balik kecerdasannya itu, Adit memiliki sifat yang kadang membuat orang lain begitu kesal ketika berhadapan dengannya. Adit begitu dikenal dengan sifatnya yang menyebalkan dan suka mengintimidasi orang lain. Terutama ketika tengah bermain permainan strategi dan lawannya tak berkutik. Ditambah dengan fakta Ia adalah anggota organisasi Limit, kebencian – kebencian itu semakin menguat.
“Gak usah banyak omong. Photocard Premium Eunha Gfriend, akan gue rebut dari tangan lu.” Ucap Mayadi yang daritadi sudah geram karena lebih dari setengah barangnya di rebut oleh Adit, buah dari kekalahannya.
“Hahaha, coba aja. “
Permainan kembali berlangsung, Mayadi yang rupanya merasa sudah bosan dikalahkan, mengeluarkan kemampuan strategi terbaiknya. Entah karena kali ini beruntung atau memang tekad ingin merebut kembali barang miliknya terlalu kuat. Kartu yang Ia keluarkan membuat Adit tak berkutik.
Dengan kartu formasi threes 10 dan 9 yang di gandeng dengan angka 7 dan 5, kesempatan menang bagi Mayadi kali ini semakin besar, apalagi Adit hanya baru mengeluarkan beberapa kartu single dari Deck-nya. Hanya dengan beberapa kali lemparan saja, Mayadi bisa mendapatkan kembali barang miliknya. Sebuah pengharapan yang ingin segera Ia wujudkan.
Namun sepertinya, Mayadi harus sedikit berhati – hati dalam berangan – angan, terutama ketika dalam permainan strategi dengan Adit. Baru saja Ia tertawa bengis, merasa kemenangan sudah di depan mata, tatapan mata Adit memunculkan hal yang lain.
Hal itu diikuti dengan ringannya tangan Adit melempar kartu angka 2 atau yang lebih dikenal dengan istilah Bom dalam permainan jendral, dimana kartu itu mampu membuat lawan yang lain tidak bisa mengeluarkan kartu dan memberinya kesempatan untuk mengeluarkan kartu lagi.
Lalu kemudian dengan senyum angkuh, Adit mengeluarkan kartu formasi urutan miliknya yang berisi angka 3 hingga 9. Lawannya bergeming termasuk Mayadi, menandakan bahwa kartu ditangan mereka tak mampu melawan formasi milik Adit.
Dengan Aura intimidasi yang lebih menguar, Adit kemudian kembali mengeluarkan kartu angka 2 miliknya dengan diikuti kartu formasi threes angka 8 bergandeng 6 yang lagi – lagi membuat para lawan tak kuasa untuk bergerak. Kini tersisa 4 kartu yang ada di tangannya.
“Ada satu hal yang harus diingat ketika kita dalam perburuan. Jangan pernah cepat berpuas diri ketika merasa mangsa sudah masuk dalam perangkap…” Adit menjeda kalimatnya seraya merapikan kartu yang kemungkinan akan siap Ia lempar
“Karena bisa jadi, mangsa itulah yang nantinya akan menerkam kalian.” Tepat setelah selesai mengucapkan kalimatnya, Adit mengeluarkan formasi kartu terakhirnya yang berisi 4 kartu angka 4 yang menjadikan formasi kartunya sebagai Jendral dan menjadikannya pemenang dibabak kali ini.
“Brengsekk !!” Umpat Mayadi dengan meremas kartu yang ada digenggamannya. Meskipun memiliki kesempatan untuk mengeluarkan formasi terakhirnya, kartu Q, A dan angka 3 milik Mayadi rupanya tak mampu menolongnya untuk merebut kembali barangnya dari Adit
Drrttt Drrrtttt
Suara handphone Adit berdering saat dirinya tengah tertawa kegirangan karena kembali memenangkan perjudian kali ini. Entah pesan apa yang Ia terima, namun yang pasti, raut wajahnya langsung berubah ketika Ia membuka handphonenya.
“Maaf ya guys, sepertinya gue sampai sini dulu.” Ucap Adit seraya memasukan kembali handphone ke kantungnya dan membawa barang jarahannya.
“Jangan kabur lu, gak seperti sebelumnya, kali ini gak akan gue biarkan barang – barang gue lu bawa lagi !!” Ucap Mayadi mencoba menghentikan Adit
“Oh itu dia, May. Gue gak berniat….” Adit melempar barang – barang jarahannya itu ke udara “Untuk membawa barang – barang ini !!”
Barang – barang berupa photocard itu berterbangan di udara. Seluruh orang yang ada di tempat itu terpaku melihat lembaran – lembaran foto wanita cantik dari korea itu tertiup angin ke berbagai arah. Sementara sosok Adit sudah lebih dulu berada jauh beberapa meter didepan, berlari entah mengejar apa.
***
Di sisi selatan Akademi Enigma, berdiri gedung kokoh dengan 5 lantai dan 50 ruangan di sekitar area bangunannya. Gedung yang memiliki desain bangunan seperti Gedung Ala Sekolah Jepang dan Korea ini dijuluki sebagai “Gedung Jepang” oleh seisi Akademi.
Balkon yang berada dipuncak gedung inilah, yang menjadi alasan kuat mengapa gedung milik fakultas kejiwaan ini mendapatkan julukan seperti itu. Dengan luas sekitar 10 meter x 3 meter, balkon gedung ini mampu membuat sesiapapun yang tengah berada disana ber-fantasi seolah dirinya berada di sekolah Negeri Sakura ataupun Negeri Ginseng.
Namun, khayalan semacam itu tidak berlaku pada siang hari. Cuaca panas yang begitu menyengat ditambah jarak dengan matahari yang lebih dekat membuat balkon itu dijauhi orang - orang pada saat siang bolong.
Akan tetapi belakangan ini ada yang berbeda. Salah seorang lelaki terlihat menyendiri di sana dengan sebuah buku di tangannya. Kendati terik siang begitu membakar kulit, lelaki itu tak gentar. Tatapannya tajam terfokus pada sebuah buku yang kelihatannya adalah buku teka teki silang yang belum terisi.
“Kalau mau cari tempat yang tenang, cari yang lebih adem, dong !”
Suara seorang wanita, mengejutkan lelaki yang kelihatannya tengah sibuk berpikir itu. refleks ia menengadah, memastikan siapa gerangan yang menganggu waktu kedamaiannya.
“Hhh, ternyata kamu, Yu. Ngapain dan darimana kamu tahu saya ada di sini ?”
“Hehehe, itu gampang kok, Mas Judin.”
Judin atau Jude “Judin” Alexandre. Mahasiswa Perguruan Tinggi Enigma Academy Jurusan Kejiwaan Anak Semester 6. Judin adalah seseorang yang sangat mencintai ketenangan, kedamaian dan anak - anak. Ia berhasil mengembangkan sebuah kemampuan yang Ia namakan Mind-Library atau Perpustakaan Pikiran. Sebuah kemampuan yang memungkinkan dirinya untuk menyimpan berbagai macam informasi dengan mudah di dalam otaknya layaknya sebuah Perpustakaan. Fakta mengagumkan yang seketika luluh lantah begitu orang – orang tahu Judin juga merupakan anggota organisasi Limit.
“ Lagian bukannya sekarang kamu harusnya lagi di kelas ? Anak SMA kan jadwal istirahatnya jam 10 nanti, Ayu.”
Sama seperti Judin, Ayu adalah anggota organisasi Limit. Seorang murid SMA Enigma kelas 3 yang bernama lengkap Sakura Ayu Lucifilia ini begitu hebat dalam hal deduksi, saking hebatnya Ia kadang bisa tahu pekerjaan seseorang tanpa orang itu memberitahunya atau Ia bisa tahu apa yang seseorang lakukan semalam sebelumnya tanpa Ia melihat. Namun karena kemampuan ini, banyak orang menjauhinya disebabkan Ayu yang kerap menganalisa dan mendeduksi siapapun tanpa permisi.
“Aku, diusir dari kelas, Mas hehehe.”
“Haha, sudah kuduga. Kok bisa ? Kamu nge-beberin kalau gurumu semalam selingkuh lagi ?”
“Eeee bukan. Aku ngebeberin kalau semalam Pak Renoto, pergi ke pasar beras.”
“Itu bukannya sama aja ?”
“Eheheheehe” Ayu hanya tertawa terkekeh dengan pengakuannya itu “ Oh iya, Mas..”
“Eit, eit. Stop. Kita sudah sama – sama tahu kenapa saya bisa ada di sini, ya kan ? “
Ayu mengangguk mendengar perkataan Judin
“Tapi yang saya gak tahu, kamu ngapain di sini ? mau bantuin saya ngisi ini ?” Judin memamerkan TTS-nya yang hampir semuanya sudah terisi “ Gak Perlu, karena saya… “
“Ah, yang ini salah.” Tunjuk Ayu pada sebuah kolom menurun
“Apa ?!”
“3 Menurun, Minum keras yang terbuat dari tebu. Rum kali, Mas, bukan bir.”
“Oh gitu ya.” Judin langsung memperbaiki kesalahannya
“Dan yang 4 mendatar belum terisi kan itu jawabannya…”
“Tunggu sebentar, Apa – apaan ini ?! Ini gak penting ! Kamu ngapain di sini sebenarnya ?!”
“Bu Indri ngirim pesan…”
Raut wajah Judin seketika berubah