Lina kemudian beretorika, menjelaskan maksud isi serta letak ruh cerita novelnya. Pun tiap watak yang tersirat, ia kumandangkan secara terperinci.
Seluruh hadirin mulai terdiam, menikmati ulasan Lina, hingga menyisakan suara feedback mikropon miliknya yang sesekali muncul menjadi pemecah keheningan di antara mereka.
Lina memang orang yang cukup humoris. Tak heran, jika ia seringkali menyelipkan humor disela perbicangan satu arahnya tersebut.
Dua puluh menit berlalu. Sesi yang paling ditunggu akhirnya tiba. Tanya jawab. Maka dengan cepat seorang mahasiswa berjaket biru yang duduk 2 saf barisan depan dari tempat Lina berdiri, mulai mengacungkan pertanyaan pertama ketika MC mempersilakan tiga pertanyaan yang dapat masuk.
Tak begitu masalah bagi seorang novelis jika harus menjawab pertanyaan tentang novel miliknya sendiri. Juga pertanyaan kedua, yang kali ini datang dari barisan paling depan.
Seorang remaja putri yang masih lengkap dengan seragam SMA-nya bertanya soal ideal hari untuk menyelesaikan satu buah naskah. Sama dengan yang pertama, ia lumat habis pertanyaan itu dengan jawaban yang lugas.
Hingga akhirnya dari arah barisan paling belakang, seorang mahasiswi mengacungkan tangan untuk pertanyaan ketiga. Pertanyaan paling menarik untuk Lina sepanjang acara itu.
"Mba Lina, saya Dewi, mahasiswi dari salah satu Universitas di Jakarta. Ingin bertanya dua hal sekaligus.