Dhira terbaring terlentang diatas lantai ruang tamu rumahnya. Sore itu cukup sunyi. Hanya ada dia, anaknya, dan seseorang yang duduk diatasnya, menindihnya dengan tatapan penuh nafsu. Tangannya dan tangan penindihnya beradu kekuatan disebuah gagang pisau dapur yang berwarna cokelat.
Anaknya?
Berada tepat dibawah Dhira. Diam membisu dengan wajah ketakutan. Berusaha menahan beban dua orang yang berada diatasnya.
Kenapa dengan situasi ini?
Dhira menahan nafas, mencoba mengambil beberapa kekuatan yang mungkin saja tersebar diruangan tempatnya terbaring. Dirinya berada diposisi yang tidak diuntungkan. Jika dia lengah, maka dia dan anaknya akan mati dengan ia kehilangan satu mata. Jika tidak, dia akan masuk penjara dan dicap sebagai seorang pembunuh. Keduanya tetap memiliki akhir yang sama, kehilangan anaknya.
Tragis.
Jantung Dhira berdegup kencang. Keringatnya mengucur tidak karuan. Dia tidak siap untuk membunuh. Tidak pernah siap. Apalagi didepan anaknya. Satu hal yang pasti dia harus meminta pertolongan. Pada satpam yang berada diujung kompleks.