Lindung

ambarajati
Chapter #5

Diagnosa

Seperti janjinya kemarin, hari ini Lingga mengambil cuti untuk menjaga Kiran yang suhu tubuhnya sejak semalam hanya berkurang sedikit. Dhira sebenarnya agak ragu meninggalkan Lingga dirumah bersama Kiran dan Karti walaupun kalau ditakar, Lingga adalah tipe suami siaga. Meskipun agak kaku dalam merawat orang sakit, tapi suaminya itu dapat diandalkan.

kepercayaan diri Lingga membuat Dhira luluh dan mempercayakan Kiran pada Lingga.

“Tenang, Sayang! Aku akan merawat Kiran sampai dia bisa lari-lari lagi!” katanya, sesaat sebelum Dhira berangkat ke kantor dengan motornya.

Dhira hanya memasang senyum agak asam pada Lingga yang bersemangat setengah mati untuk berada dirumah. Dia sebenarnya sadar Lingga ingin sehari saja berada dirumah, agak bersantai, dibandingkan berada dikantornya. Kantor Lingga memang memerahnya habis-habisan, hari Sabtu saja seperti bukan hari libur dan hari Minggu bisa membuat Lingga bekerja setengah hari dirumah.

Tidak dengan Karti, yang sejak pagi memaksa Lingga untuk masuk saja ke kantor dan membiarkan Dhira untuk mengambil libur lagi dari kantor. Namun, Lingga bersikeras bahwa dirinyalah yang akan merawat Kiran karena Kiran adalah anaknya juga. Karti yang akhirnya mengalah, kini berada diambang pintu dengan mulut ditekuk kebawah dan tangan terlipat didada.

Dhira melajukan motornya meninggalkan Lingga yang melambai-lambaikan tangan dari garasi dengan senyum lebar. Karti tambah cemberut begitu motor Dhira menghilang dari penglihatannya. Ia berdecak saat Lingga mengajaknya untuk masuk kedalam rumah.

"Kamu jam segini dirumah, seperti pengangguran saja!" ujarnya kesal.

Lingga saat itu memang belum mandi. Hanya mengenakan celana pendek dan kaos putih yang sudah sangat lama ia miliki serta sandal jepit biru usang. Rambutnya masih acak-acakkan, memang seperti bapak-bapak pengangguran.

"Tapi Lingga, kan bukan pengangguran, Bu. Hanya libur sehari, hehe," kilahnya sambil melepas sandal jepitnya kemana saja diarea pintu, lalu masuk kedalam.

"Ck, sama saja. Kerja sana."

Kesiagaan Lingga ternyata tidak membuat Dhira tenang dalam mengerjakan pekerjaannya dikantor. Ia menyesal kenapa tidak ikut membela Karti tadi pagi, tapi hal itu buru-buru ditepisnya dengan alasan Lingga butuh hari libur. Dhira menepuk-nepuk kedua pipinya dengan keras agar tersadar dan segera melakukan pekerjaan yang sudah ditinggalkannya sehari.

Lihat selengkapnya