Lindur Ungu

Silvia
Chapter #3

Vaniti Impresa

“Nak, kamu ingat janjimu dulu tentang komputer ini?" Wajah yang menyeramkan itu menyapaku, itu Bu Soek dengan paras yang tidak hanya masam, tetapi juga mengancam. Lagi-lagi dia menampakkan diri tanpa suara, padahal dia bersandal kayu dan tampaknya benar-benar menapak di atas lantai.

 

"Ah, tentu ingat Bu." Aku menjawab dengan wajah terpana, "tidak boleh terlalu sering dan terlalu lama kan Bu? Maaf tadi saya dapat inspirasi, maka saya lupa aturan itu." Pikiranku lekas terbang melawan arah waktu, tiba-tiba seakan menjadi siswa SD yang menghadap kepala sekolah killer, gara-gara kesiangan dan terlambat masuk kelas. Dalam keadaan marah, rupa Bu Soek terlihat lebih besar dari keadaan normal. Dengan gugup kuteguk air liurku, dan nyaris cegukan keras.

 

Ah, mulutku terasa masam. Baru aku tersadar belum sarapan sedari tadi, sementara mie gelasku sudah mengembang, dengan gelung-gelung gemuk bak cacing keriting. Asam lambungku melonjak, mual dengan bau tubuh Bu Soek. Induk semangku itu getol membalurkan minyak gaharu di sekujur tubuhnya. Aroma yang mirip bau kemenyan, bersumber dari minyak gaharu palsu yang berlebihan, bau dramatis yang mirip aroma dukun, berdampak pada kepalaku yang pening berat.

 

Sontak tercium bau dupa gaharu yang menyentak. Setiap kali Bu Soek inspeksi dadakan, tak pelit ia berbagi bau gaharu. Dupa-dupa yang harumnya serupa kemenyan itu bersarang di tiap sudut ruangan lantai dua. Tidak heran, satu demi satu pemondok hengkang, terusir oleh wajah masam Bu Soek dan aroma rumah yang bak kamar jenazah.

 

"Bagus kalau kamu ingat. Asal tahu saja, Nak, tagihan listrik kian tinggi. Komputer tua itu memang makan listrik, jadi tolong tahu diri ya, pakai seperlunya saja. Paham?" Bu Soek menyambung omelannya. Bibir merahnya komat-kamit bak nenek tua pengunyah sirih.

 

Satu lagi alasan mengapa anak kost selalu bergegas pindah rumah: Watak Bu Soek yang pelit bin kikir. Dulu, saat masih dipegang Pak Sat, rumah kost ini masih kondusif suasananya. Pak Sat atau Pak Satriya adalah suami Bu Soek, figur bapak kost yang ramah dan murah hati. Listrik boleh dipakai sesukanya. Wifi gratis juga ada. Kulkas dapur penuh dengan buah-buahan yang segar. Kini, kulkas yang malang itu jadi benda angker, saat dibuka menyemburkan hawa yang bukan kepalang dinginnya. Maklum isinya kosong melompong.

 

Lihat selengkapnya