Lindur Ungu

Silvia
Chapter #32

Madre, Sang Ibu

Enggan dimabuk ketenaran yang tak jelas juntrungannya, aku gemar berkilas balik sembari menggarap pasta madre tuntutan Tante Tira dan meramu riwayat hidup Carel de Groot yang rada-rada unbelievable buatku sendiri.


Kilas balik itu kece buatku. Tidak aneh bila kilas balik dibutuhkan untuk menghidupkan alur cerita. Tanpa flashback atau kilas balik, masa lalu tokoh cerita menjadi mozaik buram,tak terjelaskan dengan kepingan gambar teracak-acak. Aku sangat suka kilas balik, alasan kuat mengapa aku mencurangi jam malam di pavilun tamu milik Bu Soek. Pasalnya, Lindur Ungu yang baru berusia sebelas tahun sedang tergila-gila pada serial televisi Lost, ditonton dari cakram padat bajakan, dibelinya secara "cicilan bertahap" dari uang saku yang ditabung diam-diam.


Bagiku, Lost adalah film serial terkeren yang memakai alur maju mundur secara efisien. Bagian favoritku adalah saat plot cerita bergerak mundur, satu per satu mengupas masa lalu karakter yang terlibat dalam cerita. Tokoh-tokoh yang ditonjolkan itu memiliki riwayat hidup yang ajaib, sebelum mereka dipersatukan dalam nasib yang sama, terlibat kecelakaan pesawat dan terdampar di pulau misterius yang penuh kejutan. Apalagi untuk gadis sebelas tahun sepertiku waktu itu, plot kisah Lost sungguh terlalu sangat keren.


Kilas balikku bergerak maju. Dua belas tahun kemudian, Lindur Ungu yang berusia 23 tahun mendapat kejutan di malam buta. Kira-kira tujuh minggu sebelum ia terkapar keracunan dan tertidur 15 jam, dipergokinya seorang gadis mengendap-endap dekat komputer tua di ruang tengah rumah kayu nyatoh milik Bu Soek. Si gadis bermasker Donal Bebek itu memegang senter kecil, menggerayangi komputer, entah gerangan apa yang diperbuat si gadis itu.


Kebetulan malam itu aku terserang nokturia, kebelet pipis di malam hari, gara-gara kemaruk menyantap dua butir kelapa muda pemberian Bu Aya. Diukur-ukur, empat kali sudah aku ulang-alik, tergopoh-gopoh antara kamar tidur dan kamar mandi, jaraknya lumayan jauh, menyebabkan aku lari sprint untuk mencapai toilet di bagian depan rumah. Masih mujur kamarku ada di sayap kanan, diapit kamar lain di kiri dan kanannya, tidak mengelompok di belakang seperti sepuluh kamar kost lainnya. Pemandangan kamarku juga tidak jelek, berjendela kecil yang menyuguhkan kebun depan tetangga yang berbuah mangga menor-menor khas gincu gedong. Lumayan untuk cuci mata pelipur lapar.


Saat aku menghampiri toilet untuk yang kali yang kelima, langkahku tertunda di ruangan tengah. Komputer tuaku dijamah orang asing. Sebetulnya tidak asing, karena dari masker yang dipakainya, aku mengenalinya sebagai Jill si Masker Bebek.


Gadis rekan kost-ku itu menyorotkan senter ke monitor komputer, cahayanya cukup memperlihatkan profil parasnya, mata belo berjidat jenong yang tertutupi masker bercorak kartun bebek. Tampak ia mengetikkan sesuatu di komputer, jemarinya serabutan, sebelum terburu-buru menekan OFF dengan kasar. Perbuatan Jill kuintip dari balik kursi butut yang biasanya diduduki Bu Soek, manakala si ibu melancarkan sidak di rumah kost kami. Kebetulan, dari sudut kiri kursi bisa kuamati penampakan meja komputer dari arah menyamping. Dalam khayalan ngawurku, Jill tampak bagaikan gadis James Bond dengan misi rahasia yang penuh intrik.


Jill dengan senternya membawaku kilas balik, mengingat saat Lindur Ungu yang berusia sebelas tahun berjingkat memasuki ruang rekreasi paviliun tamu. Kamar mungil kami, yang ditempati ibu dan aku, ada di bagian belakang paviliun, berdekatan dengan toilet dan dapur.


Biasanya kami menonton televisi di ruang rekreasi, yang juga menyediakan seperangkat pemutar cakram padat. Mesin reyot tetapi berfungsi baik, hanya mengagetkan karena bergemertak riuh setiap kali menelan cakram DVD. Krek, krek, krek, lalu selebihnya mulus, melancarkan aksiku mengencani tivi tabung di ruang yang gelap buta. Dengan penerangan senter seadanya, kutonton serial Lost dengan volume audio membisu. Toh, aku belum mahir berbahasa Inggris dan alur cerita bisa kupahami berbekal subtitle terjemahan DVD bajakan.


Sesekali aku tersentak, berilusi mendengar suara langkah kaki. Oh, rupanya hanya kucing. Selebihnya senyap, terkecuali irama dengkur Oom Murray mengalun, tersiar bersama asap obat nyamuk bakar beraroma lavender palsu. Bule keturunan Irlandia itu menyewa kamar terbesar di paviliun kami, kebetulan pintu kamarnya sedikit terbuka, berhadap-hadapan dengan ruang rekreasi yang sepi. Setidaknya aku merasa tidak sendirian menikmati malam "terlarang" ini.


Kegiatan rahasia ini kulakoni tanpa seizin ibu. Peraturan Bu Soek juga tak memperkenankan aktivitas di ruang rekreasi selepas pukul sebelas malam. Katanya bisa mengganggu kenyamanan sesama penghuni paviliun. Total jenderal, paviliun tamu dihuni tujuh orang pemondok, termasuk aku dan ibuku. Aku pun hanya berani beraksi seminggu sekali, saban sabtu malam, karena esoknya di hari minggu, hakku sudah mutlak, kebebasan tidur sepuas-puasnya sampai selepas tengah hari. Itulah hari libur yang kutunggu-tunggu.


Dari pengalaman masa kecil, aku memetik pelajaran ini: seorang gadis mengendap-endap dengan senter di tengah malam tentu bukan tanpa suatu maksud. Si gadis menyimpan rahasia, entah apa pun tujuan terselubung itu. Kebetulan sekali, tepat tiga hari setelah Jill menyentuh komputerku, Vaniti Impresa menampakkan diri, bertandang dalam hidupku yang kian hari kian menyerupai film seri Lost, ruwet dengan alur bak benang kusut tak terurus. Setiap kejadian dalam hidupku membentuk pecahan misteri baru. Sangat mirip jigsaw puzzle memusingkan, berisi rangkaian adegan absurd yang tak jelas ujung dan pangkalnya. Mungkin inilah sebabnya aku menulis dengan absurd?


Hari ini toko roti Tamar Indri tutup dan semua karyawan diliburkan. Ippe-chan tampak bersukaria mengisi waktu senggang yang langka ini. Alhasil, Ippe-chan menyibukkan diri, fokus menggarap pasta madre amanat dari Tante Tira, agar omelan sang tante tidak sering-sering mampir di telinganya. Konon, Ippe-chan menemukan rumusan nyaris jitu berkat sakit yang kuderita tak lama berselang.


"Kunci nyaris jitu yang seperti apa, Ippe-chan? Kau dapat ilham dari situs web mana?" Disergap penasaran, aku menodong Ippe-chan dengan pertanyaan frontal. Tak sabar rasanya hendak kupantau pasta madre formula C kebanggaan Ippe-chan itu.


"Ano, Oneesan, sejak Oneesan sakit keracunan ringan, aku sadar, pasta madre yang kita garap selama ini membusuk akibat tercemar arsenik. Kebetulan aku tidak pernah minum air di kendi dapur, aku lebih suka air mineral dari dispenser lantai dua. Ingat, kan, aku biasa minum dari termos plastik?" Si gadis tengil menunjukkan botol minum yang dibawanya serta ke mana pun ia pergi.


Ya, tentu saja. Pantas pasta madre Formula A dan B gagal total, menjadi adonan kempis rusak berbau nyentrik menjurus-jurus tengik. Rupanya zat arsenik penyebabnya. Racun keji itu mematikan ragi liar yang kami tangkap dari udara dapur roti. Tidak aneh tubuhku juga ambruk terpapar zat jahat itu. Well, setidaknya kami memetik hikmah besar, proyek pasta madre kami menampakkan hasil menjanjikan.


"Tapi kunci yang sebenarnya kudapatkan dari sini," ujar Ippe-chan bangga.


Ippe-chan menuding layar ponselnya, tergambarlah Pak Nas yang nyengir khas buaya darat. Mirip iklan pasta gigi, ia berpose tampan dengan topi vintage Bing Crosby yang dipasang miring, malu-malu menungging ke arah kiri. Aku lantas teringat poster Bing Crosby di gudang Bu Soek, sesaat sebelum hengkang dari perjodohan dengan Pak Ananas si buaya panas. Mau tak mau aku terbatuk-batuk, tersedak air liurku yang masam. Alhasil, ulu hatiku pun panas berapi-api.


"Arnaz Ananas. Dari nama yang super yahud seksi itu, kudapatkan inspirasi dahsyat. Sekadar coba-coba kutambahkan ekstrak nanas dalam pasta madre yang agak kecut. Eh, rasa adonan jadi asam-asam manis. Oiishi! Enak pake banget deh, Oneesan!"


Yahud seksi? Kulirik paras Ippe-chan yang sepolos anak bau kencur. Tampaknya si gadis benar-benar dimabuk kepayang, kepincut sehabis-habisnya dengan pesona Pak Nanas si Yutuber panas. Eh, aku baru ingat, bukankah nanas itu buah yang seksi? Kandungan mangan dan tiamin dalam nanas bersifat afrodisiak, berkhasiat meningkatkan daya seksual kaum Adam. Bahkan dipercaya mampu memulihkan keadaan mandul pada perempuan. Buah yang lezat itu memang memesona. Namun, aku lebih berselera pada pasta madre, yang kuyakini akan melunasi utang budiku pada Tante Tira. Bahan ekstrak nanas amat tidak lazim dicampurkan dalam pasta madre, maka kutebak ada kendala sampai-sampai si adonan biang hanya setengah sukses saja.

Lihat selengkapnya