"Pisah akan selalu mengikuti kata jumpa, tapi setelah bertemu denganmu membuatku ingin sekali membuang kata pisah jauh-jauh dan menggantinya dengan seribu kali kata jumpa."
Alunan musik yang dimainkan seorang DJ di atas panggung berdentum-dentum. Menghentakkan semangat siapa saja untuk menari di lingkaran lantai dansa. Ruangan luas, namun terasa sesak karena banyaknya manusia yang bergerumbul dan berlalu lalang dalam pencahayaan remang dari lampu berkelip warna-warni. Deon duduk di salah satu meja bar dengan sebelah tangan memegang segelas bir di meja. Wajahnya menampilkan raut serius.
“kemaren gue ketemu Rizal, dia nantangin kita balapan,” jelas Dinan di sebelahnya, lalu menenggak satu gelas cocktail dengan sekali teguk.
“Kenapa?” tanya Deon seraya menggoyangkan gelasnya.
“Mungkin, mereka nggak terima atas kemenangan lo lawan Jefri waktu itu.”
Deon menenggak cairan ungu itu, membuat jeda lama setelah jawaban Dinan terlontar.
“Kenapa kita nggak minta maaf aja?”
Dinan tersedak oleh cairan bening yang baru saja ia tenggak. Bukan karena minuman itu, melainkan kalimat yang terlontar kelewat biasa dari mulut Deon yang membuatnya tersedak. Dinan pikir, ia salah dengar sebelum Deon mengulang dengan kalimat yang lebih jelas.
“jika kita minta maaf, mungkin kita bisa ngehindar dari yang namanya musuhan.”
Mata Dinan melotot ke arah Deon, “Lo gila ya ... buat apa minta maaf ke mereka? Lo ngejatuhin harga diri, tau nggak!”
Deon menoleh ke arah Dinan. Membalas sorot mata merah itu dengan wajah datar, “Waktu balapan itu, gue tahu motornya Jefri ada yang nyabotase ...”
“Dan lo nuduh gue nglakuin itu?!” sela Dinan.
“Gue nggak nuduh siapa-siapa karna gue nggak tahu pelakunya siapa, tapi jelas di sini yang diuntungkan kita. Balapan itu nggak fair.”
“Pengecut, lo! Kalau lo nggak mau nerima tantangan itu, biar gue yang turun lawan Rizal!” ucap Dinan masih berkeras diri.
“Bukan itu!”
Deon menghela napas setelah tanpa sadar meninggikan suara. Ia memejamkan mata sejenak berupaya meredam emosi sebelum berkata kembali, “ok, gue terima. Gue sendiri yang akan turun,” ucap Deon dengan tenang, kemudian mengalihkan tatapan turun ke bawah, “Kaki lo masih cedera kalau lo lupa.”