LINK.BRAM

daemie29
Chapter #1

01. Pameran Pertama (1/2)

Pasang mata hitamnya memandang ke balik jendela pada kemacetan jalan raya di pagi hari kota Depok. 

Hari ini, Fajar, seharusnya senang tak perlu masuk sekolah. Tiba-tiba saja, ayahnya muncul menjemputnya, dan masih dengan mengenakan seragam putih abu-abunya, mereka telah sampai di Depok. 

Fajar bersandar di punggung kursi, berwajah suntuk dan memandang bosan keluar jendela. Sama sekali tidak ada percakapan antara ia dan ayahnya sepanjang perjalanan dari Bogor. Ayahnya pun hanya fokus di depan kemudi. Mereka berdua memang tidak akur. Sudah sejak lima tahun lalu ayahnya sangat jarang di rumah karena pindah ke Depok untuk mengajar di Universitas Negeri ternama di Indonesia, yaitu Universitas Nusantara. Mungkin dalam sebulan, ayahnya hanya datang satu-dua kali atau bahkan tidak pernah sama sekali, dan itu pun hanya untuk menemui kakek dan neneknya untuk memberi uang kehidupan Fajar.

Fajar merasa dia lebih baik di sekolah saja. Atau sekalian membolos jika ia benar-benar sangat malas untuk masuk pelajaran.

"Hari ini akan ada pameran di kampus," ujar ayahnya, Bram, memberitahu.

Fajar tidak bereaksi. Dia tidak peduli.

"Ayah ingin kamu melihat-lihat," kata Bram lagi. "Akan banyak orang-orang yang datang, bahkan dari berbagai penjuru negeri."

Fajar menguap bosan. Ia benar-benar tidak tertarik berada di sini.

Di dalam kemacetan, Fajar menangkap para peminta bergerak mendekati mobil-mobil. Ia segera menurunkan jendela untuk memberikan uang yang ada di sakunya.

"Terima kasih, ndo..." ujar si kakek berterima kasih.

"Sami-sami, kek. Ini juga," Fajar memberikan cokelat yang ia bawa untuk sarapannya, menunjuk pada si cucu kakek yang dibawa.

"Wah," kata Bram setelah mobil mereka mulai berjalan pelan mengikuti arus yang akhirnya bergerak. "Kamu berjiwa sosial juga ya?"

"Apa yang Ayah pamerkan?" Fajar mengabaikan pujian Ayahnya. 

"Defhrone," jawab ayahnya.

Fajar menoleh, mengerutkan dahi mendengar nama itu. "Robot 'itu'?" tanyanya sinis.

Bram mengangguk bersemangat. "Ayah sudah menyelesaikannya. Defhorne sudah siap dipamerkan, bahkan digunakan."

Fajar memutar bola matanya. "Untuk apa sih membuat robot?" komentarnya sinis. "Jaman sekarang aja sulit mencari pekerjaan, malah membuat robot. Lalu bagaimana dengan manusia? Coba lihat anak kecil itu? Masa depannya akan digagalkan oleh para robot buatan kalian. Buat apa kita membuat penerus kita malah menjadi kesulitan di masa depan? Sekolah tinggi-tinggi namun berakhir pengangguran dan malah disebut beban masyarakat. Padahal kita tinggal di sebuah Negara. Negara berkewajiban mengatur hak masyarakat untuk dapat memiliki pekerjaan."

Bram terdiam sesaat. "Pemikiranmu sudah seluas itu ya?"

"Ini logika," kata Fajar.

Bram menghela nafas. "Jadi menurutmu penemuan ini tidak menguntungkan?"

Fajar mengangkat bahu. "Dari berbagai pihak pasti ada keuntungannya. Namun intinya yang kaya akan semakin kaya dan miskin akan semakin miskin." ujarnya sinis. 

*** 

Fajar memasuki gedung Universitas ternama di Indonesia untuk pertama kalinya. Ia mengekori ayahnya yang berjalan cepat menyusuri lorong yang tampak ramai. Ia merapatkan jaketnya, agak canggung memasuki gedung kampus dengan masih mengenakan seragam putih abu-abu. Ia bisa merasakan orang-orang memandanganya penasaran.

Hmm atau tidak? 

Lihat selengkapnya