Blurb
"Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Aku tidak menyesal karena kita dipertemukan tapi aku menyesal karena kita pernah bersama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuhku untuk bangkit," Sara meyakinkan hatinya.
Sara merasa terpuruk karena kutukan yang dihadapi Addrin tidaklah mudah. Selama ini Sara tidak pernah menemukan tujuan hidup. Sebelumnya Sara hanya bisa mengutuk dirinya sendiri. Ia hanya ingin membebaskan hatinya. Ia kesal karena Addrinlah yang mewujudkan kebebasan itu justru mengurungnya kesebuah penjara tidak berpintu.
Entah sejak kapan rasa itu merantainya. Sara menginginkan Addrin namun Ia harus berpisah. Hati dan tubuh Sara tidak bisa dibohongi, namun tidak ada pilihan lain.
Sara tidak ingin menjadi langit yang terus menatapnya, tapi ia ingin menjadi angin yang bisa menyentuhnya, mengawasi dan juga membawanya. Tapi apakah Sara bisa melakukan hal itu?