Linn

Qarina R Jussap
Chapter #1

Si Bungsu

"Nona hati-hati." teriak seorang perempuan sebaya membungkuk memegang perutnya dengan wajah mengerinyit kelelahan sembari mengatur napasnya.

Perempuan itu terus berteriak memanggil majikannya dan memperhatikan setiap gerak-geriknya yang sulit untuk diam didalam rumah meski itu hanya beberapa menit saja. Selalu saja ada ide yang membuatnya terus berlari kesana kemari bak hewan liar, lincah dan sangat licin. Ia sangat mudah sekali kabur dari pandangan mata.

Si bungsu yang satu ini paling banyak mengerahkan penjaga. Ia sulit diatur dan tidak ada yang bisa memperingatinya. Bahkan sudah banyak guru yang khusus dipesan untuknya namun semua itu sia-sia. Ia sangat mudah membuat gurunya kapok untuk mengajarinya. Dan hanya hitungan 2 hari gurunya sudah dipastikan mengundurkan diri. Orangtuanyapun sudah tidak bisa lagi menenangkannya agar bisa menjadi wanita seutuhnya. Wanita yang anggun dan cantik namun lagi-lagi ia selalu menantang perintah orang tuanya begitupun dengan nasib dan takdirnya. Ia selalu mengikuti apa yang dikatakan kata hatinya. Bahkan hanya dia satu-satunya perempuan yang berani memotong rambutnya seperti lelaki dan itu hanya diketahui pembantu kepercayaan dan sang nenek yang memang tidak pernah menggubris cucu yang satu ini karena berbeda dari cucu ataupun putri lainnya, tapi karena perbedaan itulah yang membuatnya menyukai cucunya. Ia akan menggunakan rambut palsu yang dipesan khusus oleh pembantunya dari ide sang putri.

Putri bungsu dari seorang bangsawan rendah yang memiliki wilayah kekuasaan kecil ini selalu saja membuat ulah sampai si penjaga kewalahan. Peraturan semuanya ia langgar, jika menurutnya hal itu bukanlah sesuatu yang tidak masalah untuk dilanggar. Ia adalah putri yang jarang sekali menampakkan batang hidungnya di setiap acara besar ataupun perjamuan para bangsawan. Ia hanya sesekali keluar di acara besar itupun hanya dirumahnya. Dikeluarga yang mengenalnya ia adalah seorang putri pembangkang dan liar. Di wilayah kekuasaan ayahnya dengan identitas lain ia adalah orang yang baik hati, penolong, dan ramah. Sedangkan jika ia menutup separuh wajahnya ia memiliki kepribadian yang berbeda lagi. Jika mereka tahu yang sebenarnya putri itu sangat hobi bertengkar jika sedang dalam penyamaran keluar rumah ada saja pertengkaran yang membuat pelayan kepercayaannya kelabakan mencari cara. Karena majikannya tidak hanya bertengkar dengan sebayanya melainkan dengan pencuri, bandit, dan lain sebagainya yang lebih kuat dan besar darinya.

Dia bernama Sara Sifatnya lebih menyerupai anak laki-laki berparas wanita. Ia tidak pernah memperdulikan apapun jika baginya itu menarik. Sedari kecil sampai ia beranjak remaja ia terus melakukan hal yang sama membuat orang tuanya menyerah, entah apa lagi yang harus membuatnya diam dirumah dan menjadi wanita seutuhnya. Sampai suatu hari ada sebuah surat yang datang dari Kerajaan Lassvere. Dan itu menjadi ide yang menarik untuk membuat Sara sesuai yang diinginkan keluarganya. Hal itu menjadi peringatan darurat untuk Sara. Surat itu berisikan perintah kepada setiap keluarga bangsawan yang memiliki anak perempuan dan sudah menacapai kedewasaan untuk dijadikan tunangan seorang Pangeran yang menurut kabar angin pangeran itu mendapat kutukan. Sampai saat ini bahkan tidak ada satupun orang yang mengetahui wajah pangeran.

Desas desus mengenai kutukan pangeran itu memang sudah terdengar sebelum Sara dilahirkan. Sebelumnya surat itu pernah datang pertama kali ketika Sara berumur 10 tahun di tujukan untuk sang kakak pertamanya yang telah berumur 16 tahun. Kini surat yang telah menjelma menjadi surat kutukan tidak diharapakan semua keluarga bangsawan ataupun rakyat jelata untuk datang menghampiri mereka namun apa daya keputusan kerajaan adalah mutlak, tidak bisa di langgar. Namun beberapa keluarga tidak segan untuk menerima karena suatu saat nanti bisa dijadikan keuntungan besar yaitu dijadikan tameng untuk kebangkitan atau memasyurkan keluarganya.

Dan surat kedua sudah dipastikan akan mengarah kepada Sara. Alasan mereka tidak hanya untuk membuat Sara diam melainkan mereka tidak rela jika anak kedua yang bagaikan Permata itu harus menikah dengan pangeran terkutuk. Namun dibalik itu semua Sara sudah bisa memastikan hal itu akan terjadi pada dirinya, walau itu hanya sebatas imajinasinya. Ia memang berharap ingin cepat pergi dari rumah ini.

Sang putri bernama Saralee Acelin Esvarat. Sara adalah nama panggilan dilingkungan keluarganya namun ketika ia sedang menyamar diwilayah kekuasaan banhsawan Esvarat ia menggantinya menjadi Linn. Ia merupakan putri bungsu dari tiga bersaudara dari keluarga Esvarat keluarga bangsawan yang tingkatannya rendah. Ia sangat hobi kabur-kaburan karena jarang sekali diizinkan keluar rumah dan selalu terkungkung oleh peraturan, menurutnya ia seperti boneka hidup dengan gaun cantik lengkap dan dandanan merona, hal itu membuatnya sangat bosan dan mencari cara untuk menyenangkan diri tanpa diketahui oleh siapapun kecuali pelayan setianya. Sedari kecil ia tidak menyukai hal-hal yang merepotkan dan memusingkan khususnya pelajaran teori, ia lebih suka praktek karena lebih cepat selesai dan lebih mudah dimengerti, meski begitu ia tetap mengikuti pelajaran yang diberikan oleh sang guru walau tidak bisa bertahan lama dan hal itu semakin menjadi tidak teratur, ketika beranjak remaja. Hal itu lebih baik daripada harus mendengar omelan orang tuanya yang berujung hukuman kurung didalam kamar selama beberapa hari. Meski malas-malasan bukan berarti ia tidak mendapatkan ilmu yang diajarkan oleh sang guru.

Sara sangat berbeda sekali dengan kakak-kakaknya yang menjadi kebanggan orang tuanya. Kakak pertamanya bernama Raveena Akselia Esvarat, ia telah menjadi seorang tunangan dari bangsawan yang telah meningkatkan status keluarganya karena perjodohan orang tua dan terpaksa harus menikah tanpa rasa cinta, ia orang yang lembut dan selalu mengikuti apa keinginan orang tuanya, hal itu sudah ia lakukan sejak dari kecil. Kakak keduanya Isvara Callia Esvarat, kakak kedua yang sangat percaya diri, tegas dan ia adalah orang yang serba bisa. Karena kepandaiannya ia sangat angkuh dan tidak pernah luput dari pujian dan senyuman setiap kali orang memandangnga. Ia juga sama seperti Sara hanya menyukai hal yang menurutnya menarik meski begitu semua yang dilakukannya adalah hal yang disukai banyak orang termasuk orang tuanya. Ia mendapat dukungan penuh untuk melakukan apapun yang disukainya.

Kecantikan Raveena dan bakat Isvara yang membuat keluarga Esvarat terkenal. Namun Saralee yang jarang sekali muncul dikhalayak publik dan perbedaan umur yang cukup jauh dari Isvara membuatnya tidak terlalu banyak diketahui orang. Sara tidak kecewa meski ia tidak dikenal justru hal itu yang membuatnya lebih bebas untuk melanglang buana di daerah kekuasaan keluarga Esvarat. Karena yang membuatnya lebih kecewa adalah keluarganya sendiri.

"Nona.... " teriak pelayan yang entah sudah keberapa kali ia memanggil majikannya itu. "Nona aku tidak mengerti kau itu manusia atau bukan. Mengapa tidak ada lelahnya sama sekali."

Gerutu Rawnie pelayan setia yang telah mengabdi kepada keluarga Esvarat sejak ia kecil atas permintaan Sara. Rawnie adalah teman dan penjaganya. Ia hanya berbeda dua tahun diatas Sara. Rawnie sudah berucap sumpah setia dan berjanji untuk menjaga Sara apapun yang terjadi. Sara tidak pernah menanggapi sumpahnya yang sering sekali diucapkannya, menjadi temannya sudah cukup bagi Sara. Pekerjaan Rawnie setiap harinya hanya mengejar majikannya yang tidak pernah sekalipun kehabisan tenaga.

Dengan napas yang terengah-engah ia mencoba mengejar majikan yang ia yakini akan terjadi keributan dalam hitungan detik. Kakinya sudah lelah ingin rasanya ia beristirahat, namun melihat kondisinya sekarang ia tidak bisa melanjutkan hal itu. Karena dipastikan akan terjadi keributan yang sangat menakutkan. Nonanya yang sedang menyamar menjadi laki-laki sibuk bersungut menuntut keadilan kepada laki-laki berbadan bongsor dan garang. Sara kembali ikut campur urusan rakyat jelata, hal ini sudah sering sekali terulang dan dipastikan benar adanya. Anak kecil dengan pakaian kumuh dan kurus itu duduk tersungkur menangis ketakutan akibat ulah pria itu.

"Jangan-jangan kau temannya bekerja sama untuk mencuri rotiku?" Ujar si pria bongsor kepada Sara.

"Hey, kau jangan sembarangan bicara, meski dia salah karena mencuri kau tidak seharusnya memukul anak kecil seperti ini." balas Sara ngotot.

Lihat selengkapnya