Lintang & Rembulan

9inestories
Chapter #2

Mbakyu Kunti yang Cengeng


*****


Beep beep...

Beep beep...


Rembulan mengucek kedua matanya saat bunyi alarm menyapa telinga. Ia bangun dengan malas dengan mata yang masih sayu dan rambut berantakan. Jam manual bulat yang terletak di nakas samping tempat tidur ia raih lalu ia guncang keras-keras. Jam weker aneh memang! Terdapat tombol lengkung di bagian atas untuk mematikan alarm, tapi sepertinya tak berfungsi. Giliran sebuah guncangan atau pukulan pasti selalu berhasil.


"Hantu gak modal! Ngerasukin kok jam murahan!" Dumel Rembulan. Jam weker itu kembali berdering. Lebih keras. Seolah ia tak terima dikatain murahan oleh si gadis tomboy.


"Astaga! Ngambek ini ceritanya?" Kali ini Rembulan melempar jam tersebut ke lantai hingga pecah berserakan. Dan mati, bunyi beepnya.


Rembulan hanya menatap pecahan onderdil jam sekilas kemudian memilih bangun dan melangkah keluar. Jam dinding menunjukan pukul satu dini hari di hari jumat. Hari dimana sang Bunda libur dalam berjualan pecel keliling. Di hari ini, semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar, secara rutin ia mengambil alih tugas sang Bunda. Bebersih, memasak dan menyiapkan keperluan sang nenek sebelum berangkat ke sekolah. Rembulan ingin Bundanya sedikit bersantai di hari liburnya. Kasihan, Bunda Titis adalah seorang single mother, suaminya meninggal karena kecelakaan di saat Rembulan masih berumur tujuh tahun. Peristiwa pilu inilah yang menyebabkan sang nenek sangat terpukul hingga terkadang ia linglung.


Rembulan menyeret ember kecil berisi pakaian kotor sebelum ia menutup pintu. Ia sedikit berteriak dari balik pintu, "Hantu murahan! Jangan lupa bersihin tuh jam! Capek gue ngeladenin loe yang sering ngambek!"

Ajaibnya, dalam sekejab jam weker itu sudah nangkring manis di atas nakas tanpa cacat sedikit pun.


*****


Rembulan hidup bersama Bunda dan neneknya di sebuah kompleks perkampungan. Perkampungan ini berbatasan langsung dengan perumahan mewah dimana sahabatnya, Lintang tinggal. Walaupun demikian, tidak ada kesenjangan di antara para penghuni dua kompleks ini. Mereka malah sering mengadakan kegiatan bersama. Rumah Rembulan sendiri termasuk cukup luas dengan halaman samping yang ditanami sayur-mayur. Lumayankan tidak perlu membeli ke pasar untuk bahan pecel. Sang ayah membelinya dengan harga cukup murah dari standar rumah kampung pada umumnya. Mencurigakan bukan? Konon rumah yang telah dibeli ini angker, sudah hampir dua puluh tahun kosong dan tak laku-laku. Benar saja, ketika keluarga Rembulan menempati rumah ini, kejadian demi kejadian mistis menimpa mereka. Lucunya, keluarga ini terbilang cuek dan terkesan welcome dengan gangguan-gangguan tersebut. Contohnya Sang Nenek, ia pernah dikagetkan oleh sosok tinggi besar saat hendak menyiangi rumput samping rumah. Si nenek langsung lari terbirit masuk rumah dan kembali dengan membawa golok peninggalan mendiang suaminya. Ia mendekati si genderuwo sembari marah-marah, "Kurang ajar! Setan gak ada sopan-santunnya sama orang tua! Loe tahu ini apa? Golok! Tajem buat nebas kepale loe! Loe pergi kagak atau gue tebas! Atau gini aja deh, Itung-itung loe bakti sama ane, loe siangin tuh rumput semua ntar loe ane ijinin tinggal dimari!"

Kelakuan yang diluar nalar kan si nenek ini? Setan kok diajak negoisasi, eh tapi herannya tuh setan nurut-nurut aja. Dia langsung jongkok. Dengan berbekal kedua tangannya yang hitam dan gedhe hanya dalam waktu sepuluh menit, halaman samping terbebas dari rumput liar. Dan ya, mulai detik itu, satu makhluk halus bertitel genderuwo telah memilki majikan renta bernama Si Nenek.


Lihat selengkapnya